Kepada kekasih gelapku; Arok
Rasa ini berawal dari putik matahari yang pecah di atas ubun-ubun air laut, kekasihku
Di suatu senja
Yang tak tertera pada lembar almanak mana pun juga
Kurasa, kita perlu membicarakannya barang sebentar untuk memberi kesempatan air mata bergulir mengalahkan derap air hujan
atau sekadar memberi ruang pada tembang megatruh yang lama kehilangan nayaganya
Mungkin aku memang telah salah; jatuh cinta hanya kepadamu, memilihmu tanpa nalar
Bahkan terlalu ruah seperti Sungai Brantas yang meluap di musim hujan tanpa jeda
Dan, aku menikmati tenggelam di kedalaman ceruk yang takkunjung kumengerti
Kisah ini bermula dari pertemuan bernama takdir, bukan begitu, kekasihku?
Nyatanya takdir bukanlah sipir
yang bisa disuap
lalu segalanya kan berubah dalam sekejap
seperti sihir
Ya, ini bicara perihal hati, kekasihku
Sekuat apa pun kita hindari
Cinta, ia lebih paham di mana mesti bermuara dan kepada siapa ia harus berserah pasrah
***
Malang, 3 November 2022
Lilik Fatimah Azzahra
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H