Bukan hanya itu. Esoknya, saat bangun tidur laki-laki berkumis tipis itu dibuat terpana. Suasana rumah tampak sudah dirombak total. Akuarium besar yang selama ini menjadi pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah, tidak dilihatnya lagi. Benda kesayangannya itu raib beserta isinya sekalian.
"Aku yang melakukannya. Akuarium itu sama sekali tidak bermanfaat bagi kehidupan kita. Benda itu sudah kubuang ke tempat sampah. Dan, ikan-ikan di dalamnya sudah aku kembalikan ke laut."
Na menjelaskan dengan mimik datar, tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Laki-laki jangkung berkumis tipis itu nyaris naik pitam. Tapi kemudian ia teringat pada kesepakatan sebelum menikahi istrinya itu. Dan itu, membuatnya tak berkutik.
Sejak saat itu, hari-hari laki-laki jangkung berkumis tipis model cemeti itu dipenuhi oleh beragam ketidakwajaran. Semisal, ia harus rela isi kulkas --- yang selama ini didominasi jenis ikan laut kesukaannya, berganti dengan sayuran dan buah-buahan yang menggunung.
"Mulai sekarang tidak boleh ada menu ikan - apa pun tersaji di atas meja. Lagi pula sayur dan buah jauh lebih baik untuk kesehatanmu."
Begitu alasan Na saat melihat mata suaminya sedikit terpicing.
***
Ini memasuki bulan ketiga usia pernikahan mereka. Laki-laki jangkung berkumis tipis itu sebenarnya sudah mulai terbiasa dengan kehidupan baru yang dijalaninya. Ia bisa menerima segala keanehan dan kejanggalan yang ditunjukkan oleh istrinya yang cantik itu, istri yang memiliki bola mata besar yang membuatnya selalu jatuh cinta setiap kali menatapnya.
Sampai suatu hari.
Serombongan tamu datang dari kota. Mereka keluarga besar dari laki-laki jangkung berkumis tipis itu. Tamu-tamu itu sedang menikmati liburan musim panas dan sepakat hendak menginap di rumah pengantin baru yang berada di pesisir pantai.
Tentu saja laki-laki jangkung berkumis tipis itu merasa sangat senang. Ia menyambut kedatangan keluarga besarnya dengan antusias, dan meminta kepada istrinya untuk menjamu mereka dengan sebaik mungkin.