Salah seorang teman yang berjaga di apotek bertanya, jelang hari pertama memasuki bulan Ramadan.
"Insya Allah puasa, Mbak "
"Oke. Selamat menunaikan ibadah puasa ya, Bu. Semoga lancar."Â
"Amiin. Terima kasih, Mbak. Untuk sementara makan siang bareng-barengnya libur dulu, yaa."Â
Yup. Di klinik tempat saya bekerja, saya adalah satu-satunya pegawai yang beragama Islam. Pegawai lain, termasuk dokter dan tukang kebun, semua beragama non muslim.
Namun demikian kami sama sekali tidak pernah mempermasalahkan perbedaan yang ada. Bahkan tanpa disadari kami sudah menerapkan secara langsung apa itu yang disebut dengan toleransi beragama.
Bukan hanya di lingkungan kerja, di kampung pun, rumah saya berhadapan dengan beberapa tetangga yang beragama Nasrani. Tapi sejauh ini hubungan silaturahmi di antara kami sebagai tetangga terjalin baik-baik saja. Rukun-rukun mawon tanpa pernah ada masalah.
Kisah Indah Toleransi Beragama
Berteman atau bersahabat tidak harus memandang segi agama, bukan? Yang penting klik, nyambung kalau diajak ngobrol, cocok, dan sehati.
Demikian juga dengan yang saya alami.