Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pendakwah Panutan Itu Mencerahkan, Bukan Menyesatkan

8 April 2022   11:43 Diperbarui: 8 April 2022   23:15 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image https://www.harianbhirawa.co.id/I

Masih ingatkah pepatah lama ini? Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.

Yup. Itu artinya kita harus terus belajar, menimba ilmu --- ilmu apa saja. Entah itu ilmu pengetahuan umum atau ilmu agama.  

Bicara soal menuntut ilmu, dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah wajib. Hal ini mutlak ditegaskan baik di dalam firman Allah maupun hadist Rasulullah.

Mengapa Islam Mewajibkan Umatnya Menuntut Ilmu?

Sebelum membahas keutamaan menuntut ilmu, mari sejenak menyimak kisah yang satu ini.

Suatu hari Malaikat Jibril datang ke Gua Hira menemui Muhammad untuk menyampaikan wahyu yang pertama.

"Bacalah!"

Seruan pembuka itu mengisyaratkan agar Muhammad mau belajar, menuntut ilmu. Dimulai dari kegiatan 'membaca' untuk kemudian dibimbing oleh Malaikat Jibril (atas perintah Allah), belajar ilmu pengetahuan yang lain agar bisa memimpin kaumnya.

Allah berfirman dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi,

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu. Sungguh, Allah Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan."

Jadi kesimpulannya, dengan ilmu seseorang akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Dengan ilmu seseorang bisa berguna tidak saja bagi dirinya sendiri, tetapi juga berguna bagi orang lain. Dan, dengan ilmu pula hidup manusia tercerahkan.

Cos hidup tanpa ilmu bagaikan berjalan tanpa arah.

Ingat zaman jahiliyah sebelum kelahiran Rasulullah SAW?

Masyarakat Kota Mekkah di kala itu buta pengetahuan. Minim ilmu. Lantas apa yang terjadi? Mereka menjalani kehidupan tanpa tuntunan, tanpa norma-norma.

Kelahiran Muhammad sebagai Rasul di muka bumi bagai lentera di tengah kegelapan. Allah mengirimnya untuk memperbaiki akhlak kaumnya agar menjadi insan yang lebih baik, beradab, dan bermartabat.

Tentu proses perbaikan itu membutuhkan waktu dan senjata bernama 'ilmu'.

Zaman Now, Hati-Hati Memilih Guru Spiritual Sebagai Panutan

Tidak dipungkiri di era serba canggih seperti sekarang ini proses belajar mengajar sangat easy going. Begitu mudahnya. Tinggal klik. Guru-guru online pun bermunculan dan bertebaran di mana-mana.

Sisi positifnya kita bisa belajar apa saja, kapan saja, dan di mana saja. Termasuk belajar ilmu agama.

Di bulan Ramadan seperti ini, di mana suasana masih dibayangi sisa-sisa pandemi, mengaji online menjadi pilihan terbaik.  Jamaah tdak harus bersitatap muka dengan ustaz atau ustazahnya.  Cukup lewat ponsel atau buka aplikasi medsos (YouTube, Facebook, Instagram, dan lain-lain) maka urusan kaji mengaji pun berjalan lancar.

Namun demikian, sebagai jamaah online kita tetap harus super hati-hati. Jangan sampai terjebak ke dalam pusaran arus ajaran sesat.

Bukan lagi rahasia umum, jikalau saat ini banyak ustaz dan ustazah 'instan' yang kadang materi dakwahnya tidak lagi mencerahkan malah justru membingungkan.

Tidak sedikit pula pendakwah yang sengaja membelokkan ajaran Islam (bertentangan dengan syariat sebenarnya) demi mencapai kepentingan tertentu.

Para pendakwah 'kagetan' tersebut biasanya menafsirkan dalil-dalil Al-Quran dan hadist sesuai dengan pemikirannya sendiri.

Lantas pendakwah bagaimana yang layak menjadi panutan?

Tentu setiap orang berhak memilih sosok pendakwah sesuai dengan kriteria masing-masing untuk dijadikan panutan.

Tidak terkecuali diri saya. Sebagai orang awam yang kadar keimanannya masih sangat cetek, masih harus banyak belajar, saya lebih memilih pendakwah dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kharismatik. Mumpuni di bidangnya. Bukan pendakwa abal-abal.

2. Tidak terkesan menggurui. Tutur bahasanya santun.

3. Pandai menyegarkan suasana sehingga materi yang disampaikan tidak membosankan.

4. Materi dakwah mencerahkan, bukan menyesatkan.

5. Tidak bersikap provakatif atau cenderung memecah belah umat.

6. Konsisten antara perkataan dan perbuatan.

7. Jujur. Tidak membohongi publik dengan dalih apa pun.

Nah, untuk pendakwah panutan sampai detik ini pilihan saya masih bertahan pada sosok Ustaz Wijayanto. 

Image www lintasbengkulu.com
Image www lintasbengkulu.com

Bagaimana dengan Anda? Kalau boleh tahu siapakah  sosok pendakwah yang Anda idolakan?

Selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga puasa hari ini beroleh berkah. Amiin...

***
Malang, 8 April 2022
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun