Celotehnya, keingintahuannya, kelucuannya, adalah penghibur saat hati dilanda gundah.Â
Mengantar Buah Hati Menuju Masa Remaja
Perempuan bernama Ibu itu, suatu hari tertegun diam. Menatap sosok bocah yang tumbuh lebih cepat dari perkiraannya.
Oh, fisiknya telah berubah. Suaranya juga.
Duh, Nak. Kau sudah setinggi ini. Melebihi tinggi ibumu.
Diam-diam perempuan itu bergumam. Tuhan, cepat nian waktu Engkau gulirkan.
Ketika Buah Hati Menginjak Usia Dewasa
Di depan cermin, perempuan yang dipanggil "Ibu" itu mematut diri berlama-lama. Gurat-gurat di sekitar mata tak bisa lagi disembunyikannya. Helai-helai rambut putih pun kian marak tumbuh di kepala.
Dan, anak yang dilahirkan terus tumbuh. Menjelma menjadi sosok dewasa yang tak bisa dihentikan.
Berkurangkah kasih sayang seorang ibu yang raganya mulai merapuh?Â
Tentu saja tidak! Ibu tetaplah ibu. Malaikat tanpa sayap. Yang mengasihi dalam riuh maupun senyap. Yang menyayangi buah hati tanpa pamrih. Yang cintanya tak kunjung lekang tergerus oleh beringasmya zaman.