Oh, ya. Kopi yang ditanam Mas Kambang dan warga Desa Taji adalah kopi jenis Arabica dengan mutu terbaik.
Melihat perjuangan Mas Kambang mulai membuahkan hasil, pihak perhutani dan Babinsa setempat ikut turun tangan membantu Mas Kambang meningkatkan potensi Desa Taji dengan ikon andalan kopi.
Dan, berkat kegigihan Mas Kambang pula hasil bumi berupa biji hitam itu mampu bersaing di ajang Nasional dan Internasional. Sebagai contoh; pada tahun 2019 Kopi Taji telah mendapatkan penghargaan sebagai kopi dengan barista kedua terbaik se-Jawa Timur.
Prestasi ini tentu saja perlahan tapi pasti mengubah tampilan Desa Taji. Juga perkembangan perekonomian warganya.Â
Kini Desa Taji menjadi desa yang layak diperhitungkan. Beragam julukan pun disematkan. Di antaranya sebagai desa wisata, desa edukasi, desa jujugan para mahasiswa dari pelbagai universitas yang berkepentingan untuk mengunduh ilmu serta mengadakan penelitian.
Desa Taji tak lagi sepi. Desa ini terus menggeliat. Setiap Minggu dan hari libur adalah hari-hari tersibuk bagi Mas Kambang, putranya, dan warga desa yang terlibat di dalamnya.
Jika Anda berkesampatan singgah ke Desa Taji, Anda akan melihat lingkaran keguyuban itu. Para pemuda dan pemudi sibuk meracik kopi melayani pembeli. Para ibu menjaga warung makan mereka, dan para bapak wira-wiri mengatur area parkir.Â
Saat mengobrol santai dengan saya, Mas Kambang menyampaikan jikalau setiap Minggu Kopi Taji kedatangan tamu dari pelbagai kelompok dan komunitas. Salah satu rombongan yang rutin datang adalah para pegowes. Angkanya bisa membludak hingga 300 orang.
Belum lagi tamu dari mancanegara yang sudah mengontaknya dan membuat janji jauh-jauh hari. Tujuan mereka ingin belajar langsung pada sosok Mas Kambang yang sederhana ini.