Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ketika Lama Aku Tidak Bertamu di Hatimu

15 Oktober 2021   10:57 Diperbarui: 15 Oktober 2021   11:03 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by istockphoto.com

Lama nian aku tidak bertandang ke hatimu. Apa kau masih bisa mengenali suaraku? Yang hilang timbul bersama pusaran waktu.

Jika tidak lagi (mengenali suaraku), cobalah berdiri di dekat jendela. Pandanglah langit yang terbentang bersahaja. Lalu, tajamkan pendengaran sedemikian rupa.

Aku baru saja menitip sejumput kata-kata. Pada seekor burung bernama latin cuculus merulinus. Yang meringkuk diam di pucuk ranting pohon pinus.

"Itu Kedasih!"

Aku berharap kau berseru demikian. Seraya merapikan rambut yang tergerai berantakan.

Oh, tentu saja aku senang. Meski Kedasih adalah lambang kesendirian. Namun, dengan mengingatnya aku menjadi paham. Bahwa sesungguhnya di hidupmu aku belum benar-benar terlupakan.

Sudah lama aku tidak bertamu di hatimu. Apakah masih ada satu bangku dan secangkir kopi tanpa gula yang sengaja kausisihkan?

Jika tidak ada lagi, cobalah beranjak menuju dapur. Nyalakan tungku yang apinya telah lama padam. Pejamkan mata rapat-rapat. Rasakan hangatnya bara beberapa saat.

Sebab, aku baru saja menitip segenggam rindu. Pada setumpuk kayu bernama ilmiah swietenia macrophylla.

Oh, kau tidak bisa lagi mengingatnya?

Tak apa. Aku mahfum. 

Kadang, kita memang harus berani mengambil keputusan ketika dihadapkan pada dua pilihan; membiarkan rasa tersesat di labirin kenangan, ataukah saling melupakan.

***
Malang, 15 Oktober 2021
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun