Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Bell's Palsy" Bisa Pulih Asal Ditangani Sejak Dini

8 Maret 2021   14:43 Diperbarui: 8 Maret 2021   15:23 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Beberapa hari lalu seorang teman baik, laki-laki berusia 40-an mengontak saya, memberitahu jika dirinya mendadak terserang Bell's Palsy. Bibirnya miring dan separuh wajahnya melorot ke bawah. Tentu saja berita ini membuat saya kaget bercampur sedih.

Esoknya saya bertanya banyak perihal Bell's Palsy tersebut kepada dokter. Dan, berikut rangkuman pembicaraan kami.

Dokter, apakah Bell's Palsy identik dengan Stroke?

Tidak! Bell's Palsy berbeda dengan stroke. Meski sama-sama merujuk pada kondisi kelumpuhan otot saraf.

Bell's Palsy hanya menyerang sebagian area wajah, sedang stroke adalah kelumpuhan yang terjadi pada bagian bawah wajah dan separuh anggota badan.

Begini penjelasan rincinya mengenai perbedaan antara Bell's Palsy dan stroke.

Bell's Palsy merupakan gejala klinis penyakit mononeuropati (gangguan hanya pada satu saraf) yang menyerang saraf nomor 7 yakni saraf fascialis. 

Inti saraf nomor 7 berada di batang otak dan berfungsi untuk mengatur otot pergerakan organ wajah, seperti: pergerakan mulut saat meringis atau tersenyum, pergerakan kelopak mata saat terpejam dan terbuka, mengatur aliran air mata, juga berhubungan dengan kelenjar ludah dan saraf pendengaran.

Sumber:ranselputih.blogspot.com
Sumber:ranselputih.blogspot.com

Nah, jika saraf nomor 7 mengalami gangguan maka impuls motorik yang menuju otot pun mengalami penyumbatan. Akibatnya otot-otot pada organ yang berhubungan dengan syaraf di area wajah menjadi tidak berfungsi alias lumpuh.

Sedangkan stroke, terjadi karena adanya penyumbatan atau pendarahan pada otak besar. Nah, sudah tahu perbedaannya, bukan!

Jadi apa penyebab seseorang terserang Bell's Palsy?

Penyebab Bell's Palsy sejauh ini masih dalam penelitian. Beberapa literature menyebutkan penyakit ini disebabkan karena berbagai bentuk virus. Di antaranya adalah virus herpes dan HIV.

Penyebab lain bisa karena faktor genetik, suhu dan paparan udara yang terlalu dingin, penerapan pola hidup yang salah seperti penggunaan headset terus menerus hingga menimbulkan tekanan dan kerusakan pada otot di bagian telinga. 

Oh, ya. Dalam dunia medis kelumpuhan pada sisi wajah dibagi menjadi dua yakni kelumpuhan otot ringan dan kelumpuhan otot total. 

Kelumpuhan otot ringan jika segera ditangani bisa pulih dalam waktu singkat. Sebaliknya, jika diabaikan maka kelumpuhan otot ringan bisa berakibat fatal menjadi kelumpuhan otot total hingga menimbulkan cacat permanen.

Apa saja gejala-gejala Bell's Palsy?

Kepada dokter saya menyampaikan bahwa teman saya yang terserang Bell's Palsy itu sebelum-sebelumnya kerap mengaku mengalami gejala sakit kepala, pusing, mulut terasa kering, juga sakit pada sekitar rahang. Gejala-gejala tersebut menurut dokter bisa dikategorikan sebagai gejala awal Bell's Palsy. 

Perlu diwaspadai pula jika gejala kian bertambah. Semisal nyeri di sekitar telinga, telinga berdenging di salah satu atau keduanya. Sebab hal ini jika dibiarkan berlarut-larut penderita bisa mengalami penurunan atau perubahan pada indra perasa, bibir dan pipi sebelah melorot ke bawah, mulut mudah berliur, mata terasa kering, bola mata sulit dikatupkan atau digerakkan. 

Sumber:Cleveland clinic.org
Sumber:Cleveland clinic.org

Siapa yang berisiko terserang Bell's Palsy?

Bell's Palsy bisa menyerang siapa saja. Lelaki atau perempuan. Dan, lebih sering terjadi pada orang berusia 15-60 tahun terutama pada penderita diabetes militus, hipertensi, wanita hamil di usia kandungan trimester ketiga.

Bagaimana pengobatan dan penanganan Bell's Palsy?

Bell’s Palsy harus ditangani oleh dokter spesialis saraf. Pengobatan bisa meliputi tindakan menggunakan obat atau tindakan tanpa obat (terapi).

Obat anti peradangan atau steroid, seperti prednison, menjadi pilihan utama dalam menangani Bell’s Palsy. Apabila terdapat infeksi virus herpes, maka pengobatan dapat dikombinasikan dengan obat anti virus seperti asiklovir. Obat tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter.

Sedangkan untuk mencegah munculnya masalah pada mata kering dan tidak bisa menutup, pengidap Bell's Palsy memerlukan obat tetes mata.

Namun demikian, sebelum menggunakan obat-obatan penderita Bell's Palsy membutuhkan diagnosis yang akurat terlebih dulu demi mengetahui faktor utama pemicu terjadinya Bell's Palsy agar dokter bisa membantu proses penyembuhan pasien secara maksimal.

Berikut pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh tim dokter spesialis guna mendiagnosis Bell's Palsy:

-Tindakan Elektromiografi (EMG)

Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda di wajah pengidap. Mesin kemudian akan mengukur aktivitas listrik saraf dan aktivitas listrik otot sebagai respons terhadap stimulasi. Tes ini bermanfaat untuk menentukanlokasi dan tingkat kerusakan saraf.

Sumber:harga.web.id
Sumber:harga.web.id

-Pemeriksaan MRI, CT Scan, atau sinar X

Prosedur pemeriksaan ini bagus untuk menentukan apakah ada kondisi lain yang mendasari penyakit tersebut, seperti infeksi bakteri, patah tulang tengkorak, atau tumor.

Sumber:hellosehat.com
Sumber:hellosehat.com

Apakah penderita Bell's Palsy dapat kembali pulih? 

Yup, tentu! Sebagian besar penderita Bell's Palsy bisa membaik dalam waktu hitungan hari. Dengan catatan harus ditangani secara benar dan efektif. Namun adakalanya untuk dapat pulih sepenuhnya dibutuhkan waktu sekitar 6-10 bulan, tergantung pada tingkat kerusakan saraf.

Mendengar penjelasan dokter saya merasa lega. Saya lantas menyemangati teman saya yang terserang Bell's Palsy itu dengan menyampaikan bahwa ia bisa pulih kembali asal rutin memeriksakan diri dan mematuhi nasehat dan anjuran dokter.

Untuk saya dan Anda pembaca artikel ini, mari kita terapkan sejak dini pola hidup sehat. Banyak mengonsumsi makanan berserat, serta rajin berolah raga insya Allah kita bisa terhindar dari beragam penyakit. Termasuk serangan Bell's Palsy.

***
Malang, 08 Maret 2021
Lilik Fatimah Azzahra

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun