Menikmati pagi dengan sajian petrikor yang jatuh di atas dadamu, tentu jauh lebih menyenangkan dari sekadar melumat kesepian yang membabi buta. Sejumput matahari kusembunyikan di balik kelipat bawah mataku. Hangat itu --- Â tetap tidak mengalahkan segaris senyum yang pernah kauhidangkan di atas meja pertemuan.
Biarkan waktu berkejaran dengan almanak di detak jantung hari. Memburu entah apa. Mungkin usia? Atau cinta? Sekali saja. Biarkan petrikor menari bersama purnama yang pias. Sebab jika tidak, aku khawatir saat hujan tak lagi singgah di kemuraman senja, aku telah kehabisan amunisi. Aku kalah. Aku menyerah pada kehilangan. Lalu wangimu tak lagi bisa kuhidu. Dan, sejumput kenangan yang pernah kita lalui, kulupakan.
***
Malang, 29 Desember 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H