Senja baru saja dijatuhi kabut ketika aku dan Jhon sampai di kota kecil tempat di mana Nona Anne bekerja. Sesuai kesepakan kami bertemu gadis itu di sebuah kedai kopi yang sepi.
Dari jauh tampak Nona Anne sudah duduk menunggu, melambaikan tangan ke arah kami. Sungguh, aku sempat pangling melihat penampakannya yang baru. Rambutnya yang panjang dan pirang benar-benar telah dipangkas pendek.
"Maaf merepotkan Anda, Nona Sherlick. Tuan Baron dan istrinya hanya memberi waktu tiga puluh menit kepada saya untuk keluar rumah," Nona Anne menyambut kami seraya merapikan posisi duduknya.
"Anda boleh langsung memulai pembicaraan, Nona. Kami siap mendengarkan." Jhon mewakiliku. Nona Anne mengangguk. Tanpa membuang waktu ia lantas bercerita.
"Saya tidak tahu mengapa mesti melakukan tindakan bodoh ini. Memotong pendek rambut saya sesuai permintaan Tuan dan Nyonya Baron. Tapi bukan itu yang mengganggu pikiran saya. Melainkan perintah aneh yang saya terima setelahnya." Nona Anne berhenti sejenak. Mengatur napas. Lalu bercerita lagi.
"Setiap pagi tepat pukul 8 saya harus berdiri di atas balkon dengan posisi membelakangi matahari dan berpura-pura membaca sebuah buku. Setelah sepuluh menit berlalu, saya diberi kode untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi. Hal itu wajib saya lakukan nyaris di setiap pagi."
Aku dan Jhon saling berpandangan. Jhon bahkan mengedipkan sebelah matanya. Pertanda ia mulai sepakat dengan kecurigaanku. Bahwa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh keluarga Baron. Dan, Nona Anne sedang melakukan peran sesuai dengan skenario mereka.
"Apa ada kejadian aneh lain---maksud saya selain Anda diminta berdiri setiap pagi di atas balkon?" Aku merasa perlu menanyakan hal ini. Nona Anne mengangguk.
"Ya! Tadi pagi usai melakukan tugas aneh itu, saya lantas gegas merapikan mainan bocah balita yang saya asuh. Barang-barang yang berserakan di lantai saya masukkan ke dalam laci. Ketika membuka sebuah laci paling bawah itulah, saya menemukan gulungan rambut pirang!"
"Mungkin gulungan itu adalah potongan rambut Anda sendiri," Jhon menyela.
"Bukan! Meski amat mirip tapi saya yakin itu bukan rambut milik saya. Sebab saya menyimpan potongan rambut saya di dalam koper."
Sampai di sini Nona Anne melirik arloji di pergelangan tangannya
"Ah, sudah hampir 30 menit saya bicara dengan Anda berdua. Waktunya harus kembali ke rumah majikan. Tapi sebelum itu, apakah ada saran untuk saya Miss Sherlick?"
"Saran saya, Anda harus berhati-hati. Ada baiknya Anda mengabari kami jika menemukan hal-hal lain yang mencurigakan."
Nona Anne mengangguk. Lalu pamit meninggalkan kedai kopi.
Sepeninggal perempuan muda itu, aku gegas menggamit lengan Jhon.
"Kita buntuti Nona Anne, Jhon. Siapkan pistolmu. Kukira kita akan sangat membutuhkannya!"
Bersambung....
***
Malang; 05 November 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI