Sajak-sajakmu berlarian di beranda pagi. Seperti udara yang merayapi tepian hari. Seperti nyanyian kecapi yang bercerita tentang; alangkah maha dahsyatnya merelakan sebuah kehilangan.
Sajak-sajakmu berkerumun di antara senyap dan lesapnya lindap halimun. Seperti bianglala yang menitis pada rona sendyakala. Seperti gulita yang tak pernah henti menuturkan kisah; betapa gelisahnya malam saat merindukan kehadiran satu purnama.
Sajak-sajakmu bertebaran menguasai kerajaan bumi dan langit. Seperti Brewijaya menitip syair merupa bait-bait wangsit, pada kelopak ranum bunga Wijaya Kesuma. Untuk Dyah Ayu Prameswari yang tak lelah menderaskan sabda; oh, betapa perihnya menahan perasaan cinta.
Sajak-sajakmu; belum mati. Kukira.
***
Malang, 09 Oktober 2020
Lilik Fatimah Azzahra