Tibalah musim hujan Ibu,
di tanah rantau ini aku rindu pulang
membawa genangan yang kukemas rapi merupa gelimang kenangan
Malam ini, Ibu, tak sebutir cahaya terlihat
Di atas kepalaku, langit adalah dinding sunyi yang pekat
dan, setiap puhon serta atap-atap rumah yang kutemu
tak henti ditingkahi tarian air yang dingin lagi membisu
Jalan yang kulalui menuju gang sempit rumah kontrakan, Ibu---semua tampak sama
Jejak-jejak sepatuku yang berlumpur perlahan hilang entah ke mana
Mungkin dihabisi resah? Atau, mungkin dibantai oleh air mata
Aku yakin Ibu pasti mengenali senandung rindu
yang kutitip pada almanak hari-hari
yang enggan berhenti, terus saja berlari, mesti terjatuh, mereka tak peduli!
Ya, seorang Ibu akan selalu paham dan mengerti
Kapan anaknya merasa sendiri
Kapan pula si anak hilang rindu pulang ke pangkuan paling hangat untuk dibayangkan
***
Malang, 04 Oktober 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H