"Mau menulis fiksi, Beib? Jangan lupa lakukan riset dulu, yaa!"
"Hah?! Riset?"
"Iya, riset!"
"Yang benar saja! Fiksi kan hanya cerita rekaan. Masa harus pakai riset segala?"
Duh, Beib. Begini. Memang betul fiksi adalah cerita rekaan. Tapi bukan berarti di dalam satu karya fiksi tidak boleh atau tidak ada sama sekali unsur faktanya. Sebab bagaimanapun juga fiksi yang kuat adalah fiksi yang didukung oleh riset yang mendalam.
Riset? Pasti pikiran kita digiring lari ke sini yaa Beib; Penelitian, buku tebal, arsip sejarah, serangkaian wawancara---atau pekerjaan rumit yang dilakukan para ilmuwan yang sama sekali tidak kita pahami.
Pikiran di atas bisa benar tapi bisa juga tidak!
Jadi?
Begini, Beib. Mari kita bandingkan sejenak, antara menulis fiksi non riset dan menulis fiksi dengan melakukan serangkaian riset.
Kita mulai dari menulis karya fiksi non riset, yaa.