Dari sini Semmelweis mulai berpikir, kemungkinan demam puerperal menyebar dari tangan para tenaga medis itu sendiri akibat lalai menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan mereka. Hal ini dikuatkan setelah ada kasus seorang dokter ahli bedah meninggal karena tergores pisau bedah yang digunakannya.Â
Semmelweis kemudian menyarankan kepada para dokter dan stafnya untuk membersihkan diri usai menangani pasien sebelum pindah ke pasien lainnya dengan menyikat kuku menggunakan klorin.
Semmelweis tahu, bahwa sabun biasa belum memadai dan ia menggunakan larutan klorin untuk disinfeksi.Â
Tapi, alih-alih usulannya diterima dengan baik. Semmelweis malah mendapat hujatan dan kecaman dari berbagai pihak. Semmelweis juga dituduh telah melakukan penghinaan berkenaan dengan rilis bukunya yang mengulas tentang pekerja medis yang enggan "mencuci tangan". Dengan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang bodoh dan para pembunuh sadis.
Pertentangan pendapat dimulai dari sini. Menurut para dokter, demam puerperal penyebabnya bukanlah seperti apa yang disampaikan oleh Semmelweis. Melainkan akibat miasma (hawa penyakit) yang bertebaran di udara Rumah Sakit.
Dampak dari keberaniannya menulis serta kegetolannya mengampanyekan gerakan "cuci tangan" ini, membawa Semmelweis ke dalam lingkar yang tidak menguntungkan. Pihak Rumah Sakit tidak lagi memperpanjang kontrak kerjanya. Dan Semmelweis akhirnya mati mengenaskan di sebuah Rumah Sakit Jiwa akibat dipukuli oleh penjaga.
Tentang doktrinnya yang mengangkat penyebab demam puerperal, baru diterima secara luas selang puluhan tahun kematiannya. Itu pun setelah melalui penelitian-penelitian yang panjang.
Salah satunya adalah hasil penelitian Louis Pasteur. Ia menemukan bakteri penyebab penyakit sekaligus memberikan penjelasan teoritis atas pemikiran Semmelweis, bahwa: "cuci tangan" bisa menjadi instrumen pencegahan efektif suatu penyakit.
Penelitian Louis juga berhasil membuktikan bahwa bakteri dapat dibunuh dengan tingkat panas tertentu. Dari sana muncul penelitian lanjutan tentang antiseptik.Â
Jika sekarang budaya "cuci tangan" sedemikian digalakkan oleh seluruh umat dunia, dan dianggap sangat jitu dalam upaya memberantas pandemi Covid-19, saya rasa Semmelweis boleh tersenyum lebar di alam sana. Doktrinnya yang dianggap keliru---pada akhirnya dibenarkan!