Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi di Balik Hidangan Ketupat dan Opor Lebaran

26 Mei 2020   06:47 Diperbarui: 26 Mei 2020   06:56 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Indonesia---khususnya masyarakat Jawa, ketupat ternyata bukan sekadar hidangan pelengkap lebaran biasa. Ketupat memiliki makna khusus. Yakni sebagai simbol mengaku lepat dan laku papat.

Mengaku lepat dalam Bahasa Jawa berarti mengakui segala kesalahan. Ingat betapa njlimet dan sulitnya merangkai selongsong ketupat. Seperti itulah penggambaran kehidupan dan kesalahan manusia. Maka begitu selongsong ketupat sudah jadi bisa dilihat keindahannya.

Pengakuan lepat atau rasa bersalah ini biasanya diwujudkan dalam bentuk tradisi sungkeman.

Sumber: bernas.id
Sumber: bernas.id
Budaya sungkeman yang hingga kini masih terus dipertahankan ini ternyata juga mengandung nilai-nilai budi pekerti yang tinggi. Utamanya berkenaan dengan adab dan tata cara menghormati orang tua, merendahkan hati, dan  ikhlas dalam memohon pengampunan.

Sedangkan laku papat berarti empat perilaku atau tindakan yang wajib dijalani di saat merayakan hari Raya Idul Fitri.

Apa sajakah empat tindakan itu?

1. Lebaran.

Lebaran dalam Bahasa Jawa berari usai atau sudah selesai. Usai di sini berkenaan dengan berakhirnya waktu ibadah puasa. Lebaran bisa juga dimaknai bahwa pintu ampunan telah terbuka lebar di hadapan kita.

2. Luberan.

Nah, kalau yang ini memiliki arti meluber atau melimpah ruah. Apanya yang melimpah ruah? Bersedekahnya!

Luberan bisa jadi sebagai pengingat bagi umat Muslim yang hendak merayakan Idul Fitri, sudah saatnya membantu sesama dengan membayar zakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun