Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Laa ilaa hailallahu Allahu akbar
Allahu akbar walillaah il hamd...
Lantun takbir berkumandang dari masjid-masjid dan surau-surau mengagungkan asma Ilahi Robbi. Hari kemenangan telah tiba. Ada rasa haru dan bahagia membuncah di dalam dada.
Alhamdulillah, ya, Allah. Kami telah usai menunaikan salah satu dari perintahmu. Yakni berpuasa wajib sebulan penuh di bulan suci Ramadan.
Semoga tahun depan Engkau masih berkenan mempertemukan kami dengan bulan yang penuh berkah ini. Yang tentunya jauh lebih baik, jauh lebih indah dari sekarang.Â
Amiin...ya Rabbal alamin.
Bicara tentang Lebaran, bagi saya berkumpul di rumah Ibu bersama keluarga besar usai melaksanakan sholat Idul Fitri adalah saat-saat yang paling berkesan.
Antre sungkeman di pangkuan Ibu, saling berpeluk dan bermaaf-maafan, ramai-ramai makan bareng lalu dilanjut nyekar ke makam Bapak adalah momen indah yang selalu kami rindukan.
Nuansa Lebaran memang selalu terasa berbeda. Apalagi bagi kami yang jarang-jarang bisa berkumpul dengan keluarga besar. Menikmati kebersamaan sembari bertukar canda, saling berbagi cerita---meski hanya hal-hal kecil, cukup membuat perasaan rindu keluarga terobati.
Oh, iya. Ada tradisi unik di dalam keluarga besar kami di setiap merayakan hari Raya Idul Fitri. Yakni beramai-ramai berkunjung ke rumah salah satu Bulik saya---adik dari Ibu.Â
Apa sebab? Yup. Beliau selalu memasak makanan dalam jumlah cukup besar dengan beraneka ragam menu kesukaan. Yakni masakan ndeso. Untuk itulah semua keponakannya merasa wajib datang ke sana untuk mencicipi masakan beliau.Â