Sehari sebelum menjalankan ibadah puasa, kesibukan di daerah saya mulai terlihat. Suasana pasar lebih ramai dari biasanya. Ibu-ibu pun tampak berbelanja lebih banyak dari hari-hari sebelumnya.Â
Sesampai di rumah ibu-ibu akan memasak nasi---boleh nasi putih atau nasi kuning, dengan beragam menu lauk, seperti sambel goreng kentang, mie kenduri, kering tempe, bali telur, ayam bumbu, dan masih banyak lagi.
Lalu jika masakan tersebut sudah siap, maka akan ditlaning-tlaning, dimasukkan ke dalam kotak nasi atau ditata sedemikian rupa. Sebagian akan diantar kepada sanak saudara atau tetangga terdekat---biasa disebut ater-ater. Sebagian lagi disisihkan untuk acara kenduri.
Sedang ada momen apakah gerangan?
Yup. Tradisi ini sudah mengakar pinak di daerah tempat tinggal saya. Khususnya sehari di jelang bulan Ramadan dan sehari sebelum Lebaran tiba. Â
Sejarah Tradisi Megengan
Tradisi Megengan sebenarnya merupakan hasil perpaduan antara budaya lokal dan budaya Islam.
Adalah Sunan Kalijaga yang memiliki inisiatif menghidupkan tradisi unik tersebut. Mengingat betapa sulitnya menembus pertahanan tradisi yang sudah ada di dalam masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa, maka beliau memilih berdakwah dengan menggunakan pendekatan secara sosial budaya.
Awalnya Megengan bernama Ruwahan---artinya meruwat atau memuja arwah-arwah dengan memberi sesajen. Seiring dengan diperkenalkannya Islam, oleh Sunan Kalijaga sesajen ruwahan tersebut dialihkan ke dalam bentuk yang lebih bermanfaat, yakni sedekah makanan untuk dibagi-bagikan dan dinikmati secara bersama-sama.Â
Kegiatan bersedekah makanan ini yang kemudian lebih dikenal dengan istilah Megengan.
Megengan sendiri dalam filosofi Jawa berarti menahan diri. Utamanya menahan diri untuk mengekang hawa nafsu dari hal-hal yang buruk selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Apem, Kue Khas yang Mengiringi Tradisi Megengan
Masakan untuk Megengan yang berlauk aneka agam tadi, masih kurang afdol jika belum dilengkapi dengan kue khas Megengan bernama Apem.
Apem dipercaya memiliki makna yang cukup mendalam. Ada yang mengatakan Apem berasal dari bahasa Arab yakni Al-afwa yang berarti permintaan maaf.
Jadi keberadaan kue Apem dalam tradisi Megengan dipercaya sebagai simbol untuk menyambut datangnya bulan Ramadan dengan saling memaafkan agar Ibadahnya diterima oleh Allah Swt.
Tradisi Ziarah Makam atau Nyekar
Sesudahnya mereka akan berziarah atau nyekar bersama-sama dengan menabur bunga-bunga. Dilanjut mendoakan arwah nenek moyang, orangtua, sanak saudara atau orang-orang terdekat yang pergi mendahului menghadap Tuhan agar mereka tenang di alam kubur dan mendapat ampunan atas dosa-dosa.
Dipercayai pula, bahwa selama bulan Ramadan para arwah tersebut pulang ke rumah masing-masing karena mendapat pembebasan siksa kubur selama bulan puasa.
Wallahu a'lam.
Namun demikian, dua tradisi tersebut, yakni Megengan dan Ziarah Makam di daerah saya hingga kini masih dipertahankan. Masih bisa ditemukan di setiap jelang Ramadan dan sehari sebelum hari Lebaran tiba.
Bagaimana dengan tradisi di tempat Anda?
***
Malang, 18 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H