Tiada yang lebih membahagiakan dari berbagi. Kita bisa menikmati hidup dengan sesuatu yang kita peroleh, tapi kita hanya akan memperoleh arti kehidupan dengan sesuatu yang kita berikan. (Norman MacEwan)
Yup! Saya sepakat dengan quote di atas. Jika ingin hidup bahagia dan berarti, berbagilah!
Tapi...bukankah berbagi itu butuh modal? Bagaimana bisa berbagi jikalau kondisi kita sendiri masih pas-pasan?
Eits, tunggu dulu. Berbagi tidak harus menunggu kaya, guys. Karena berbagi itu suatu kebaikan. Untuk berbuat kebaikan setiap orang berhak dan wajib bersegera melakukannya.
Jadi kesimpulannya, berbagi bisa kita lakukan dalam kondisi apa pun dan oleh siapa pun.
Masih ragu?Â
Baiklah. Simak dulu beberapa hadist tentang keutamaan berbagi, atau dalam Islam lebih dikenal dengan bersedekah, supaya hati mantap melakukannya.Â
1. Bersedekah Mampu Menghapus Dosa
Rasulullah bersabda, "Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. At-Tirmidzi)
2. Bersedekah Membuka Pintu Rezeki.
Rasulullah SAW pernah pula bersabda, "Turunkanlah rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah." (HR Imam Al-Baihaqi)
3. Bersedekah Mampu Menolak Musibah
Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda, "Bersegeralah sedekah, sebab musibah tidak pernah bisa mendahului kecepatan sedekah."
Nah, bagaimana? Masih banyak hadist yang mengulik keutamaan bersedekah yang patut direnungkan seperti; bersedekah itu mampu memanjangkan usia, membersihkan harta, menaungi kelak di hari kiamat, menghindarkan dari api neraka, menenangkan hati dan pikiran, dan lain-lain.
Jika sudah menyimak hadist-hadist tersebut di atas, sekarang waktunya mengintip tips berbagi ala saya, yaa.
Cekidot....
Berbagi Sesuai dengan Kemampuan
Saya bukan termasuk golongan orang berada. Hidup saya sedang-sedang saja. Tapi saya tidak pernah merasa minder untuk sekadar berbagi.Â
Jika kemampuan saya untuk berbagi hanya sedikit, mengapa tidak? Saya tetap meluncur tanpa ragu ke tempat biasa saya menitipkan sebagian rezeki untuk mereka.
Di mana itu?Â
Kalau tidak ke panti asuhan, ya, saya berkeliling menyusuri jalanan, menemui bapak-bapak tukang becak yang mangkal di pinggir jalan.
Selain itu konsistensi bersedekah walaupun sedikit merupakan awal dari bersedekah yang lebih banyak di kemudian Hari.
Ibnu Hajar mengatakan, "Tidak boleh meremehkan dan memandang rendah orang yang bersedekah dengan sedikit hartanya, sedikitnya saja sudah bisa menghindarkannya dari api neraka."
Berbagi Tidak Harus Berupa Uang
Yup, benar. Lebih seringnya saya berbagi rezeki tidak dalam bentuk uang, tapi berupa barang. Semisal berupa paket sembako atau makanan buatan saya sendiri.
Kala-kala saya membuat nasi kuning hanya untuk menyenangkan hati anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Atau memasak puding untuk para penghuni pondok lansia yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah tinggal saya.
Bagaimana kalau sekiranya saya belum ada rezeki untuk berbagi? Apakah saya musti menyerah begitu saja?Â
Oh, tidak! Saya tidak pernah kehabisan akal. Saya tetap berkunjung ke panti asuhan dengan setumpuk buku-buku. Memberi les Bimbel pada anak-anak di sana selama satu dua jam. Utamanya bagi mereka yang hendak menghadapi ujian.
Untuk kegiatan mendongeng dan mendengarkan curhat, saya lebih suka menyebutnya dengan berbagi kasih.
Masih ada! Sebab berbagi itu sesungguhnya memiliki makna yang sangat luas. Tidak ada batasan ukurannya.
Sekalipun dalam situasi pandemi seperti sekarang ini, saya tetap bisa melakukannya. Semisal, berbagi ilmu tentang kesehatan, tentang manfaat senam Yoga, tentang dunia kepenulisan, tentang seni tata rias, dan lain-lain, meski secara daring atau lewat WA saja.
Sungguh, banyak hal yang bisa saya lakukan dengan satu kata "berbagi" ini. Namun yang paling penting dari semua itu adalah, saya ikhlas dan senang ketika melakukannya Dan tumbuh rasa syukur setelah melakukannya.Â
Terutama jika apa yang telah saya bagikan bisa memberi manfaat lebih, kemudian menjadikan si penerima tersenyum bahagia.
Sudahkah Anda berbagi hari ini?
Jika belum, segerakanlah! Sebab dengan berbagi akan Anda temukan makna dari connecting happiness yang sesungguhnya.
***
Malang, 08 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra