***
Di depan laptop aku merutuk. Apes, sungguh apes. Punya kekasih sama sekali tidak romantis.Â
Sebenarnya kamu itu sayang padaku atau tidak sih?
Beruntung aku memiliki tempat pelarian yang mengasyikkan. Menulis. Setiap kali aku kesal atau marah padamu, buru-buru aku menumpahkannya dalam bentuk tulisan. Entah itu berupa puisi atau cerita fiksi yang mampu mengalihkan perasaan tidak nyamanku terhadapmu.
"Masih lama?" suaramu tetiba mengagetkanku. Rupanya sejak tadi kamu berdiri di belakangku.
"Sebentar. Jangan ganggu konsentrasiku!" aku menepis tanganmu yang terulur. Kamu mundur beberapa langkah. Lalu duduk di atas sofa yang terletak tepat di belakangku, tanpa bersuara.
Selang satu jam kemudian, pekerjaanku rampung. Kulihat kamu masih belum beranjak dari kursimu. Kedua matamu rapat terpejam.
Saat itulah tanpa sengaja. kupandangi wajahmu yang tirus berlama-lama.Â
Benarkah kamu tidak memiliki perhatian terhadapku? Benarkah kamu kekasih yang tidak romantis?
Aku sibuk mencari-cari jawaban itu.
Pada menit kesekian aku terkesima. Aku baru menyadari, sebenarnya dirimu adalah kekasih yang romantis dan baik hati. Buktinya, kamu lebih suka makan malam di rumah bersamaku. Kamu selalu bilang masakanku paling enak. Padahal aku bukan perempuan yang pintar memasak.