Widz, sesekali berkunjunglah ke sini, ke Panti Asuhan Al-Mustofa ini.Â
Di sana akan kaulihat deretan tempat tidur beralas tikar selayak di barak-barak tentara, terhampar tak bersekat. Tubuh-tubuh mungil menggigil tanpa selimut, tanpa peluk hangat.
Siapa Ibumu? Siapa Ayahmu? Tak perlu bertanya ini itu. Biarlah, Widz. Tuhan yang Mahabaik berhak memiliki banyak rencana.
Widz, sesekali tengoklah deretan piring-piring dengan nasi setengah kering berlauk tempe tahu tanpa bumbu, yang terasa begitu istimewa di ujung lidah mereka.Â
Ini rezeki kita hari ini. Tak perlu berkecil hati. Bersabarlah. Tuhan pasti punya banyak alasan. Mengapa perut-perut kita lebih sering dikosongkan.Â
Juga, sesekali tak ada salahnya kaudengarkan deretan huruf-huruf hijaiyah lincah menari-nari di laring trakhea yang dikuasai rasa dahaga. Tak perlu khawatir! Apalagi bersempit pikir. Biarkan mereka terus mengaji. Melantunkan ayat-ayat suci tuk memuji kebesaran Ilahi.Â
Widz, kelak engkau akan paham dan mengerti. Dari huruf-huruf yang mereka deras, akan menjelma cawan-cawan berlapis emas. Yang di dalamnya tertuang madu murni, anggur ranum paling wangi, dan susu dari induk sapi pilihan berkualitas tinggi.
Kau pasti tahu di mana tempat itu, kan, Widz?
Benar. Di istana surga. Tempat terindah yang selama ini sengaja Tuhan tunda, untuk mereka.
***
Malang, 05 Februari 2020
Lilik Fatimah Azzahra
#Puisi ini kado Ulang Tahun untuk Widz Stoops
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H