Sebelum menuturkan momen bahagia ini, izinkan saya menyampaikan satu hal, saya menuliskan artikel ini bukan berarti saya hendak pamer atau jumawa. Saya hanya ingin berbagi kisah yang barangkali bisa dipetik hikmahnya oleh para pembaca tercinta Kompasiana.
Suka Duka Menjadi Single Mom
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa saya adalah seorang Single Mom dengan 4 orang anak di bawah pengasuhan saya. Saya memilih menjalani biduk kehidupan seorang diri. Yang kala itu---dengan anak-anak masih kecil-kecil di dalam pelukan saya.
Saya berpisah dari suami sejak tahun 2002.
Apakah saya bisa melampaui jalan panjang selama 18 tahun tanpa kendala?
Tentu saja tidak. Saya sempat berdarah-darah memperjuangkan hidup saya bersama anak-anak. Saya pernah harus banting tulang, dari pagi hingga larut malam tanpa jeda selama bertahun-tahun demi mengumpulkan rezeki tidak hanya untuk mengisi perut 4 orang anak, melainkan juga untuk pendidikan sekolah anak-anak saya.
Dan alhamdulillah, meski banyak yang meragukan kemampuan saya sebagai ibu tunggal yang hanya lulusan SMU---yang notabene tidak memiliki pekerjaan tetap, saya tetap merasa optimis bahwa saya pasti bisa melewati semuanya dengan baik. Dengan seizin dan campur tangan Allah, tentunya. Tuhan yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Dan, kasih sayang Allah sungguh tiada terbilang. Dia selalu ada bersama saya. Mendengar semua doa-doa saya. Sekalipun hidup yang saya alami di mata kebanyakan orang terlihat begitu berat. Saya pantang menyurutkan langkah. Saya terus saja berjalan, menggandeng anak-anak saya dengan diiringi ucapan basmallah, bismillahirrohmanirrohim, yang selalu tertanam di dalam jiwa raga saya.
Usaha Tidak Akan Pernah Mengkhianati Hasil
Saya selalu meyakini akan hal ini, bahwa seberapa besar usaha yang kita lakukan, sebesar itu pula hasil yang akan kita dapatkan.
Quote ini saya terapkan tidak saja terhadap diri saya sendiri selaku ibu tunggal yang berperan ganda, tetapi juga terhadap keempat anak saya. Saya tidak bosan mengatakan kepada mereka, "Jika kalian ingin hidup lebih baik, maka benahi dan perbaiki diri serta usaha kalian. Jika ingin menjadi orang yang berhasil di hari depan nanti, maka berakit-rakitlah ke hulu. Jangan mudah menyerah atau mengeluh."
Alhamdulillah. Anak-anak sangat memahami hal itu. Mereka mendengarkan semua nasihat saya. Utamanya yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
Ya. Terhadap pendidikan anak-anak, meski kami hidup dalam keterbatasan, saya selalu berusaha memberi mereka yang terbaik. Semampu saya. Saya tak lelah memberi semangat agar anak-anak terus menuntut ilmu setinggi langit. Memberi ruang kepada mereka seluas-luasnya untuk melanjutkan sekolah sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan mereka.
Si Bungsu Meraih Gelar Sarjana di Usia 20 Tahun
Sekarang anak-anak saya sudah beranjak dewasa. Dua di antaranya sudah menikah. Dua yang tersisa---anak lanang nomor 3 bekerja di Jakarta, dan si bungsu di penghujung tahun 2019 ini berhasil menyelesaikan S1-nya di Fakultas MIPA Jurusan Matematika Murni, Universitas Brawijaya, Malang.
Dada saya selalu membuncah setiap kali membicarakan si bungsu ini. Kharisma Surya Putri. Bagaimana tidak, ketika saya berpisah dari suami ia baru berusia 2 tahun.
Dia sosok paling kecil dan paling lama yang harus menemani jalan panjang perjuangan ibunya. Barangkali itulah yang menyebabkan ia tumbuh menjadi anak yang mandiri. Yang teguh pendirian dan selalu menyukai tantangan.
Tentang menyukai tantangan, hal itu sudah ditunjukkannya sejak lulus Sekolah Dasar. Si bungsu sudah berani menyampaikan keinginan masuk ke SMPN 3, salah satu sekolah favorit yang ada di Kota Malang. Ia tahu. Di sekolah itu ia akan terpacu bersaing dalam hal belajar. Dan ia tahu pula dari sanalah batu pijakan untuk maju ke jenjang selanjutnya itu dimulai, yakni menuju SMAN 3, sekolah menengah atas yang tidak diragukan kualitasnya.
Sungguh. Saya belajar banyak dari kegigihan putri bungsu saya dalam hal meraih cita-cita. Ia pejuang gigih dan tangguh. Ia pantang mundur ataupun minder meski dirinya hanyalah anak dari seorang ibu biasa.Â
Satu lagi, ia sama sekali tidak pernah merepotkan saya dalam hal beaya pendidikannya---secuil pun. Karena sejak masuk SMP, SMU, hingga Perguruan Tinggi ia selalu mendapatkan beasiswa. Ia juga memberi les bimbel dan menjual hasil lukisan manga-nya untuk menambah pundi-pundi tabungan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan studinya.
Selain itu, ada hal istimewa yang dimiliki oleh anak bungsu saya ini. Ia memiliki kecerdasan IQ luar biasa. Ia selalu menjadi lulusan terbaik di sekolahnya. Ia menjalani jenjang pendidikannya dengan amat sangat pesat. SMP dijalani hanya 2 tahun. SMU 2 tahun. Demikian juga kuliahnya. Dia mampu menyelesaikan S1-nya dalam kurun waktu hanya 3,5 tahun. Dengan IPK sempurna. 4.0.
Dan insya Allah, saat ini ia sudah mulai bersiap-siap melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih jauh lagi. Yakni menuju S2 sesuai dengan harapan dan impiannya selama ini yakni ingin dijalaninya di luar negeri.Â
Sebagai orangtua, sekali lagi saya selalu memberi dukungan sepenuhnya dan mengaminkan apa-apa yang diinginkannya. Semoga Allah mengijabahi dan mengabulkan. Semoga ilmu yang ia dapatkan berguna tidak saja bagi dirinya sendiri, tapi juga berguna bagi orang lain.
***
Malang, 02 Januari 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H