Selama ini saya hanya mempercayai satu hal; yang layak dirindukan itu adalah mantan. Tapi ternyata saya keliru. Ada juga yang patut dirindukan selain mantan, yakni teman-teman penulis Kompasiana atau biasa disebut dengan Kompasianer.
Hadir di ajang Kompasianival sungguh merupakan kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan. Betapa tidak. Jika selama ini kita hanya bisa menikmati wajah-wajah dalam PP berukuran kecil, di ajang Kompasianival-lah kita bisa langsung bersitatap muka, bersilaturahim dan berbincang gayeng dengan penulis-penulis handal yang selama ini hanya kita kenal lewat dunia maya.
Saya pernah merasakan kenangan indah itu. Keakraban yang ngangenin.
Dan inilah 8 Kompasianer yang berhasil membuat hati saya merindu.
Thamrin Dahlan
Saat pertama kali saya muncul di halaman luas Lippo Mall Kemang tahun 2017 silam, orang yang pertama yang bertemu saya adalah Pak Thamrin Dahlan. Beliau duduk di sebuah kursi bersebelahan dengan saya. Lalu kami saling melempar senyum dan bersalaman.
Sosoknya ramah dan berwibawa. Membuat saya betah berlama-lama berbincang dengan beliau. Dan tahu-tahu kami sudah begitu akrab. Berbicara soal apa saja. Terutama seputar dunia kepenulisan dan penerbitan buku-buku.
Matur nuwun nggih Pak Thamrin, semoga Bapak selalu diberi kesehatan. Dan semoga pula kelak kita bisa bersua lagi.
Yon Bayu
Sosoknya terkesan misterius dan pendiam. Garang jika sudah menulis opini. Jujur, awal-awal berpapasan dengan beliau di Kompasiana, saya merasa keder. Setiap kali Mas Yon nungul di laman saya dan memberi komentar, keringat dingin sontak bercucuran. Ndredeg. Saya takut dikuliti seperti laiknya ia menguliti buah pemikiran orang-orang yang dianggapnya tidak logis.
Namun, di balik kegarangannya tersebut, Mas Yon ternyata sosok yang humble. Ramah dan tidak sombong.