Yang paling menarik dari sekujur penampilannya adalah tatapan matanya yang tajam. Tidak seorang pun mampu menatap kedua mata itu berlama-lama. Takut tersihir.
Regulo adalah kembang yang sedang mekar, yang tumbuh di Padepokan Walet Putih. Sebuah perguruan silat yang terletak di lereng Lembah Senduro, kaki Gunung Semeru.Â
Sejak usia kanak-kanak, Regulo sudah mencuri perhatian banyak orang. Wajah cantik menawan yang dimilikinya itu mengingatkan pada sosok pendekar perempuan dua puluh tahun silam. Sosok lincah dengan ilmu silat tiada tanding. Murid sekaligus anak pungut dari Nini Surkanti.Â
Yup! Benar. Sosok itu adalah Sri Kantil!
Regulo memang anak semata wayang Sri Kantil. Buah cintanya bersama pendekar gondrong tak bernama itu.
Pendekar gondrong tak bernama?
Baiklah. Sebelum membahas lebih lanjut kecantikan Regulo yang diwarisi dari ibunya, kita kembali menengok ke belakang. menelusuri hal ihwal bagaimana akhirnya Sri Kantil menikah dengan pendekar gondrong yang sebelumnya adalah musuh bebuyutannya itu.Â
Ini kilas baliknya...
Suatu Siang di Lereng Lembah Senduro
"Sriiii..!!! Tidakkah sebaiknya kita menikah saja daripada bertarung tanpa ujung pangkal begini?" pendekar gondrong itu berseru lantang sembari melentingkan tubuh beberapa depa dari permukaan tanah. Menghindari serangan Sri Kantil yang membabi buta.
"Kembalikan dulu Kitab Kalamenjara yang telah kaucuri itu!" Sri Kantil semakin mengamuk.