-----
Bu guru melangkahkan kaki, mendekati sosok yang terkapar di bawah semak-semak itu. Rasa penasaran membuatnya melupakan sejenak rasa takut.
Perempuan itu berjongkok. Memberanikan diri menyentuh pergelangan tangan laki-laki yang diam tak bergerak itu.
"Denyut nadinya masih ada," Bu guru bergumam. Beberapa anak mengikutinya. Berdiri was-was di belakang Bu guru.
"Dia sutris, eh, maksudku, turis!" Adit berusaha melucu. Tapi teman-temannya tidak ada satu pun yang tertawa. Suasana sedang dihinggapi kengerian.
"Kepalanya, aduh, berdarah," bisik Savina miris.
"Dia cuma pingsan. Kita coba sadarkan orang ini," Bu guru merogoh tasnya. Mengeluarkan minyak angin dan mengoleskannya sedikit pada hidung laki-laki itu. Sosok itu mulai bergerak.
"Ah, dia menggeliat seperti cacing!" seru Javier tertahan.
"Can you hear me, Sir?" Bu guru mencoba berkomunikasi.
"Wake up, Sir! Please, wake up!" Adit berteriak sekeras-kerasnya di telinga orang asing itu. Sontak laki-laki asing itu terkejut. Ia mengucek matanya berkali-kali sembari menggerakkan sedikit kepalanya yang terluka.
"Where am I?" laki-laki asing itu bergumam dan berusaha untuk duduk. Aldi yang postur tubuhnya paling besar, berupaya membantunya bangun.
"Thank you," turis asing itu menatap Aldi sejenak. Lalu beralih ke arah anak-anak lain yang berdiri mengitarinya.
Dan terakhir, pandangannya berhenti pada sosok Bu guru.
"Oh, hallo, Mom. How are you?" laki-laki itu spontan menyapa Bu guru.
Bu guru tertegun.
"Apakah Bu guru pernah bertemu orang ini? Sepertinya ia mengenal Ibu," Intan yang berdiri di samping Bu guru berbisik. Bu guru tidak menyahut. Perempuan itu hanya menyipitkan kedua matanya.
Sementara laki-laki berkebangsaan asing itu masih terus menatap ke arah Bu guru. Bibirnya yang tipis menyungging senyum.
Tapi senyum itu di mata Bu guru, berubah menjadi seringai.
***
"Bagaimana kalau kita mencari bantuan, Bu?" usul Vida. Anak itu sedari tadi  diam tak bersuara karena merasa ngeri. Dia paling takut melihat darah.
"Baiklah. Bisa panggilkan para pengamen tadi, Aldi?" pinta Bu guru. Aldi segera melesat pergi.
Tak lama kemudian beberapa orang pengamen muncul bersama Aldi. Usai mendengar penjelasan dari Bu guru, mereka---para pengamen itu bergegas memeriksa orang asing yang tengah duduk merintih-rintih. Dua orang pengamen segera memapahnya. Mereka harus segera membawanya ke pos pelayanan kesehatan yang disediakan di dekat pintu masuk.
"Are you okay, Mister?" Savina bertanya cemas sebelum turis asing itu dibawa pergi.
"Don't worry, baby," turis itu menjawab pelan. Tersenyum manis ke arah Savina. Lalu beralih pandang ke arah Bu guru.
Dada Bu guru mendadak berdegup kencang.
Orang itu, sungguh. Dia sangat mirip dengan Jim Moriarty yang digambarkan dalam kisah novel yang pernah dibacanya!
***
Akhirnya. Para pengamen menghilang di kejauhan membawa turis asing yang cidera itu. Anak-anak berdiri terpaku. Peristiwa tak terduga yang mereka alami membuat derai tawa tidak lagi terdengar.
Hari mulai beranjak senja. Bu guru segera mengajak anak-anak meninggalkan area air terjun. Anak-anak berjalan beriringan dengan langkah lunglai. Semua larut dalam pikiran masing-masing.
Ketika melintas di tikungan terakhir, di mana para pengamen tadi melantunkan tembang alam ciptaan mereka sendiri, Bu guru menghentikan langkah. Sekali lagi ia menatap air terjun yang melambai-lambai tertiup angin.
Bu guru masih tidak percaya dengan peristiwa yang baru saja mereka alami. Sungguh aneh. Saat ia tengah memikirkan kisah pergulatan Sherlock Holmes dan Jim Moriarty di atas air terjun Reichenbach, tiba-tiba saja ada orang asing terkapar di balik rerimbunan, persis di dekat air terjun.
Bu guru menggelengkan kepala berkali-kali. Tidak. Kejadian ini tentu hanyalah sebuah kebetulan semata.Â
Beberapa menit lamanya Bu guru masih berdiri menatap air terjun di hadapannya. Sesekali ia mengedarkan pandang menyaksikan kabut yang perlahan mulai turun.
Sejenak Bu guru teringat akan kata-kata orang asing itu sebelum para pengamen membawanya pergi. Turis asing itu mengaku dirinya terjatuh dari atas tebing.
Terjatuh dari atas tebing? Tebing yang mana? Sebelah mana?
Mata Bu guru sontak sibuk mencari-cari.
Dan ketika pandangannya sampai pada satu titik, perempuan itu nyaris terpekik.
Nun jauh di sana, di atas tebing yang terletak tepat di sebelah kiri air terjun, berdiri sosok berjubah hitam. Sosok itu melambaikan tangan ke arahnya.Â
Selang beberapa detik, sosok itu menghilang.
Kejutan lain ternyata masih belum usai. Sesampainya di atas, anak-anak dan Bu guru menemukan sopir dan dua orang pengamen meringkuk di bawah pohon besar. Kaki dan tangan mereka terikat dengan mulut tersumpal lakban.
Rombongan Laskar Pelangi gegas menghambur.
"Apa yang terjadi? Mana Bule itu?" tanya Bu guru pada salah seorang pengamen.
"Bule itu tiba-tiba menyerang kami. Tenaganya sangat kuat sekali. Setelah mengikat kami, dia kabur," Pak sopir yang baru saja terlepas dari ikatan memberi penjelasan.
"Mengapa dia tiba-tiba menyerang kalian?" selidik Bu guru curiga.
"Entahlah, awalnya saya cuma  mencoba berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris seperti yang diajarkan dua pengamen itu," lanjut Pak sopir.
"Apa yang Bapak katakan?" desak Bu guru.
"Saya cuma bilang begini, Hallo mister, are you okay? Dia menjawab, No! I am hurt. Jujur saya nggak bisa ngomong Inggris banyak-banyak. Bule itu terus mengoceh, I am hurt, hurt! You know?!"
"Lalu?"
"Karena kesal, saya bilang begini, Okay, Mister, you so bastard! Anu...saya hanya menirukan kata-kata itu dari mereka," Pak sopir tersipu sembari menunjuk dua pengamen yang masih duduk berselonjor di bawah pohon.
Bu guru dan anak-anak saling berpandangan.
"Oh, ya. Sebelum kabur, Bule itu menyelipkan ini," Pak sopir  merogoh saku celananya. Lalu memberikan secarik kertas kepada Bu guru.Â
Bu guru segera meraih kertas itu. Lalu membaca pesan yang ditulis menggunakan spidol warna merah di atasnya.Â
Dan wajah Bu guru seketika menegang.
Ingin tahu apa isi pesan yang ditinggalkan oleh orang asing itu?
Hi, Mom. My name is Jim Moriarty!
(Tamat)
***
Malang, 16 September 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H