"Jangan ngompol di celana, Dit!" seloroh Yani.
"Di ujung tikungan itu ada toilet umum, kamu bisa pipis di sana," Bu guru memberi tahu. Anak-anak berdengung. Seperti suara lebah. Berlarian menuju kamar kecil.
Sepuluh menit berselang, rombongan melanjutkan perjalanan kembali. Di kelokan terakhir mereka bertemu beberapa pengamen yang tengah mendendangkan lagu dengan suara merdu mendayu-dayu.
Beberapa anak menghentikan langkah mereka.
Sementara beberapa yang lain menghambur. Menyongsong air terjun yang mulai terlihat melambai-lambai memamerkan pesonanya.
Bu guru membiarkan murid-muridnya bersenang-senang sesuka hati. Bermain dan berfoto ria di sekitar area air terjun yang membuih. Tawa mereka berpadu dengan gemericik air terjun yang menderas jatuh.Â
Bu guru duduk menunggu, menyendiri di atas sebuah batu besar. Terpukau oleh keindahan air terjun Coban Pelangi yang airnya tak henti mengalir dari ketinggian sekitar 110 meter itu. Air yang meliuk-liuk bak selendang bidadari. Dengan bias warna pelangi yang muncul saat sinar matahari berhasil menyentuhnya.
Bu guru menyungging senyum. Suasana alam yang menawan itu mengingatkannya pada kisah dalam novel yang pernah dibacanya.Â
Sherlock Holmes!
Pada episode Air Terjun  Reichenbach, terjadi pergulatan sengit antara Tuan Sherlock dan musuh bebuyutannya--Profesor Jim Moriarty. Kisah paling seru dan paling mendebarkan yang pernah dibaca oleh Bu guru.