Beberapa lukisan menghiasi dindingnya yang berwarna kuning gading. Lampu kristal menggantung indah tepat di tengah ruangan. Dan entah mengapa lampu kristal itu dibiarkan dalam keadaan menyala.
Sejenak saya tertegun. Saya seperti tengah berada di dalam istana seorang Sultan.
Apakah saya salah masuk penginapan? Untuk tempat sebagus dan semewah ini dengan harga sewa yang cukup murah---sungguh patut dipertanyakan.
Tapi lagi-lagi pikiran saya lebih tertuju pada perhelatan Kompasianival yang sejak pagi sudah berlangsung. Saya lantas mengabaikan segala pertanyaan yang memenuhi benak saya. Saya harus bergegas mandi dan bersiap-siap menuju lokasi.
Kamar saya berada di bagian tengah lorong sebelah kiri. Pada ujung lorong terdapat cermin berukuran besar. Seukuran daun pintu.Â
"Ini kunci kamar. Kalau butuh apa-apa bisa menemui saya di lobi," laki-laki tinggi besar itu menyerahkan kunci. Lalu meninggalkan saya.
Waktu terus bergulir. Saya tidak sempat beristirahat. Usai mandi dan berdandan, saya bergegas keluar kamar.
Kembali saya melewati ruangan yang mewah tadi. Langkah saya terhenti sejenak di sana. Kok aneh ya. Suasananya serasa sepi banget. Mamring.
Kaki saya kemudian perlahan menuruni anak tangga. Sampai di lobi saya berhenti lagi. Di sini juga sepi. Tidak ada satu orang pun duduk di depan meja resepsionis. Kemana petugasnya? Kemana laki-laki tinggi besar yang mengantar saya tadi?
Iseng saya mendekati meja resepsionis dan menyentuh genta yang disiapkan di atasnya.Â
Klining!