Bag.2
Sedan merah itu berhenti di depan sebuah gang sempit. Abi bergegas turun. Ia melangkah terburu menuju rumah yang terletak di deretan paling ujung.
Seorang perempuan, muda dan cantik menyongsongnya. Tubuh mungilnya menebarkan aroma wangi begitu mereka berdekatan.
"Mengapa terlambat?" perempuan itu bertanya setengah merajuk.
"Banyak urusan," Abi menjawab singkat seraya mendaratkan satu kecupan di kening perempuan itu. Hati laki-laki itu berdesir. Ia mengakui bahwa di dekat tubuh mungil itu sepertinya ia tak perlu mengumbar banyak kata. Abi melingkarkan tangannya pada pundak yang menempel manja di lengannya. Ada binar-binar birahi terpancar dari mata lelakinya.
Beberapa saat lamanya Abi lupa bahwa dirinya masih seorang suami. Juga seorang ayah dari dua bocah yang sejak sesorean menunggu kepulangannya di teras rumah.
*** Â Â Â
Fatimah berdiri tak jauh dari jendela. Menatap semburat awan yang menyeruak di tepi pipi langit. Awan merah saga yang membentuk siluet tak beraturan. Seperti perasaannya saat ini.Â
Perempuan itu teringat perbincangan siang kemarin dengan Abi.
"Petugas Kelurahan akan datang menemuimu," ujar Abi dengan nada suara dingin.