Aku mencintaimu seperti bunga perdu. Yang tumbuh liar di antara semak belukar. Apa adanya. Tanpa berhiaskan jambangan indah. Hanya berpijak di atas tanah. Yang setia menunggu disinggahi matahari dan embun bening berparas peri.
Aku mencintaimu seperti layaknya bunga perdu. Yang tumbuh semaunya di selangkangan bebatuan. Yang tak lelah menanti disetubuhi hujan. Pada saat 0rang-orang masih lelap dibuai kenangan.
Jika, bunga perdu yang membawa hatiku kelak sampai kepadamu. Kumohon janganlah engkau sia-siakan. Letakkan ia di ruang hati paling istimewa. Jadikan pelipur lara ketika pagimu kehilangan tawa dan di kala senjamu dikerumuni oleh sunyi tak berjeda.
Mungkin, bunga perdu yang kupersembahkan tak seelok Mawar yang tumbuh mekar di halaman rumah orang-orang yang sedang jatuh cinta. Atau tak secantik Dandelion yang menari-nari tertiup angin di udara. Tapi aku akan senantiasa berusaha. Menjaga cinta ini. Yang bersemi di kedalaman hati. Dengan sepenuh rasa yang kumiliki.
Aku mencintaimu seperti bunga perdu yang tumbuh liar di tepi hutan tak bertuan. Begitu sederhana. Tapi kupastikan. Cinta yang aku punya tidak sesederhana yang kaukira dan kaupikirkan.
***
Malang, 05 Agustus 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H