Malam ini aku ingin menangis di dadamu. Tapi kamu tidak jua kunjung datang. Maka kuberikan saja airmata ini kepada anak sungai yang mengerontang. Agar ikan-ikan bisa kembali riang berenang. Dan rumput-rumput ilalang tumbuh tinggi hingga melampaui batas pinggang.
Malam ini aku ingin sekali menumpahkan tangis di pelukanmu. Tapi tanganmu sungguh jauh tak bisa leluasa merengkuhku. Maka kuserahkan saja airmata ini kepada matahari. Agar saat ia pulang ke peraduannya nanti, tak perlu lagi berebut secangkir kopi dengan ombak yang berderai di pesisir pantai.
Malam ini sebenarnya aku ingin menangis di pangkuanmu. Tapi aku tahu kamu tidak akan pernah mengizinkan itu. Maka kusembunyikan saja airmata ini di celah-celah batu karang. Agar saat musim hujan datang, ia tumbuh menjadi kunang-kunang atau menjelma menjadi sekumpulan anak-anak kecomang.
Malam ini sesungguhnya aku sudah meruahkan seluruh airmataku. Agar kelak saat kamu tiba yang tersisa hanya tawa dan senyumku saja.
***
Malang, 24 Juli 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H