Malam ini aku ingin bersamamu. Duduk berdua di taman orang-orang yang mengaku sedang jatuh cinta. Taman impian yang di setiap sudut halamannya diterangi lampu-lampu bercahaya yang terbuat dari sisa-sisa retakan bulan purnama.Â
Tentu saja. Usah tergesa-gesa melempar pantun atau sajak bertabur rima. Biarkan saja hati dan mata kita saling bicara. Menerjemahkan apa-apa yang selama ini tersembunyi di dalam dada.
Malam ini aku ingin lebih lama duduk bersamamu. Bercerita tentang sepasang sepatu yang sengaja kau tinggalkan tepat di bawah jendela kamarku. Tahukah kamu? Bahwa aku selalu menghidu aroma wangi sepatu itu, jika hatiku tetiba saja merinduimu.
Malam ini aku ingin merentangkan kedua tangan tinggi-tinggi bersamamu. Memetik satu bintang untuk kemudian kusematkan pada dinding kamar tidurku. Agar tak perlu lagi berkali-kali mesti menyalakan api unggun. Hanya demi menghangati hati yang dilanun sepi dan dikuasai oleh rindu yang mengembun.
Malam ini aku masih ingin berlama-lama duduk bersamamu. Membiarkan cinta berbicara apa adanya. Menarasikan kisah di atas berlembar-lembar kertas bertajuk kenangan. Mempersilakan takdir bergulir sebagaimana air yang mengalir menuju tempat pemberhentian paling akhir.
***
Malang, 19 Juli 2019
Lilik Fatimah Azzahra