Tiba-tiba saja aku melihat gerimis jatuh berguliran di sisi jendela kedua mataku. Mengirimkan sepercik kabar tentang rindu yang gusar dan kian membelukar. Tanpa dihiasi kata-kata atau sekelumit alenia sebagai awal pembuka selayaknya para pemberi berita. Hanya ada sunyi berebut menguasai untuk kemudian berkali-kali mencoba mengintimidasi.
Tiba-tiba saja aku menemukan masa lalu kembali tayang ulang di setumpukan layar usang bernama slide kenangan. Ada senyum sihirmu berkuasa di situ. Ada desah nafasmu menyisakan jejak hangat di seruang hati dan syaraf-syaraf memoriku.Â
Tiba-tiba saja aku menyaksikan pergumulan sengit antara pendulum dan rotasi waktu. Antara embun yang meluruh dan senyum pagi yang menampak ragu-ragu. Juga--antara besarnya cintaku padamu dan api cemburu yang sulit nian untuk dibelenggu.
Tiba-tiba saja aku melihat gerimis yang jatuh berguliran di sisi jendela kedua mataku menjelma menjadi kupu-kupu. Yang ingin terbang secepatnya menuju kedalaman paling palung di hatimu.
***
Malang, 16 Juli 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H