Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Jelang Putusan Sidang MK Siang Nanti, Begini Prediksi Mahfud MD

27 Juni 2019   06:13 Diperbarui: 27 Juni 2019   08:16 3791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang menjabat selama periode 2008-2013, tentu tidak mengejutkan jika Profesor Mahmud MD sudah bisa membaca langkah-langkah apa yang bakal dan telah diambil oleh tim hakim Mahkamah Konstitusi dalam upaya menyelesaikan sengketa pilpres 2019 kali ini. Salah satunya adalah mengenai dimajukannya pengumuman hasil RPH (Rapat Permusyawaratan Hakim) sehari lebih awal dari jadwal sebelumnya. 

"Biasanya nanti diumumkan mendekati hari yang sudah dijadwalkan jauh sebelumnya. Kalau maju begini, patut diduga, atau saya yakini, ini sudah selesai. Dalam artian, hakim tidak lagi memperdebatkan soal substansi pokok perkara ditolak atau diterima karena itu sudah disepakati, tetapi tinggal menyisir narasi putusan," jelas Mahfud MD saat dimintai pendapatnya oleh Kompas TV, Rabu, 26 Juni 2019. 

Mahfud MD juga membeberkan prediksinya berkenaan dengan 3 poin putusan hasil sidang RPH yang rencananya akan digelar siang nanti.

"Sehingga menurut saya, besok putusan MK itu akan berbunyi begini, Memutuskan: satu, menerima permohonan para pemohon. Dua, menolak eksepsi termohon dan pihak terkait. Yang ketiga, mengabulkan atau menolak permohonan para pemohon,'" ujar Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) ini dengan gamblang..

Mahfud MD menambahkan, bahwa gugatan yang diterima MK tidak selalu berarti dikabulkan. Menerima bukan berarti mengabulkan. Masih harus ditelaah secara lebih rinci dan teliti. Terutama diperlukan adanya bukti-bukti yang kuat untuk bisa memutuskan apakah suatu perkara itu layak dikabulkan atau tidak.

Tidak Sealot Sidang Sengketa Pilpres Tahun 2009

Dalam pernyataan selanjutnya, Mahmud MD menyatakan pendapatnya bahwa sidang sengketa pilpres kali ini lebih mudah diselesaikan ketimbang sidang sengketa pilpres tahun 2009 lalu, yang diwarnai adu bukti dan adu dokumen secara ketat. Hal ini berdasarkan pantauan beliau selama mengikuti jalannya persidangan.

"Yang sekarang ini kan nggak ada adu bukti, ya. Misalnya klaim bahwa paslon 01 mendapat 52 persen kemudian paslon 02 mendapat 48 persen. Klaim itu sama sekali tidak dibuktikan," katanya.

"Kan tidak ada kemarin, 52 persen ini terjadi di sini , 52 persen ini formulir nomor sekian nomor sekian, ini buktinya," sambung pria kelahiran Sampang, Madura- Jawa Timur itu menyampaikan keterangannya berdasarkan pengalaman sebagai hakim MK yang pernah mengalami kasus serupa.

Selain itu Mahfud MD juga menilai, secara kualitatif tidak ada bukti yang disajikan di persidangan MK kemarin.

Misalnya, soal DPT ganda dan KTP palsu, pihak pemohon tidak membuktikan secara langsung terhadap perolehan suara.

Prediksi dan pernyataan politisi ini sedikit banyak memberikan gambaran bagi masyarakat awam.

Meski demikian, keputusan sidang tetap diserahkan sepenuhnya kepada Mahkamah Konstitusi selaku pihak yang berwenang dan independen dalam menyelesaikan sengketa pilpres 2019 ini.

Sebagai catatan, hari ini adalah hari penentuan sebuah keputusan besar. Hari di mana rakyat Indonesia berhak mendapat kepastian siapa yang akan berdiri memimpin negeri ini. Tentu saja sebagai warga negara yang baik kita berharap semoga semua berjalan lancar, aman dan terkendali. Amin.

Selamat pagi. Salam Indonesia damai.

***

Malang, 27 Juni 2019

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun