Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SBY dan Flamboyan yang Berguguran

9 Juni 2019   09:22 Diperbarui: 9 Juni 2019   09:28 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sengaja agak terlambat saya menuliskan artikel ini. Bukan apa-apa, saya ini orangnya baperan. Manakala mendengar kabar Ibu Ani Yudhoyono berpulang--sekitar seminggu yang lalu, saya banyak terdiam dan merenung.

Sebelumnya saya sempat mengikuti perkembangan kesehatan beliau yang dirawat di Rumah Sakit Singapura. Saya juga ikut mendoakan, semoga Allah mengangkat penyakit Ibu Negara ini dan memberikan kesembuhan seperti sediakala.

Sampai akhirnya saya dikejutkan oleh berita duka itu. Kemudian saya teringat pada sebuah talk show di salah satu stasiun televisi swasta yang pernah menayangkan kehadiran Bapak SBY dan Ibu Ani dalam rangka ulang tahun pernikahan beliau berdua yang ke-40.

Hal yang menarik dari acara tersebut adalah, dikuliknya kembali tentang awal bersatunya cinta antara Bapak SBY dan Ibu Ani. Apa saja yang membuat Ibu Ani jatuh cinta lalu memantapkan diri menjatuhkan pilihan hati kepada Bapak SBY yang kala itu masih berstatus sebagai seorang Taruna Akabri.

Flamboyan. Barangkali puisi indah itulah yang ikut andil mencuri hati Ibu Ani. Saya pun ikut terkesima dan terhanyut ketika menyimak lirik-lirik indah yang digubah oleh seorang pria yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Flamboyan

Kembang Merah di ujung kota
Menunggu sapa angin utara
Atau langkah kuda penarik kereta
Pembawa berita
dan simponi cinta

Flamboyan, kaulah yang dirindukan
sang pengembara
yang menapaki harinya tanpa huru-hara
hingga puncak almamater para ksatria

Jika bungamu jatuh berguguran
dalam semerbak wangi sinar pesona
kau ucapkan selamat datang
pada pengembara berpedati tua
yang tak henti berucap bahagia
karena perjalanan panjangnya tidak sia-sia
berakhir di batas kota

Sumber:pernikdunia.com
Sumber:pernikdunia.com

Kalau-lah saya berada di posisi Ibu Ani, pasti hati saya juga akan meleleh dibuatkan puisi seindah itu oleh sang pujaan hati. Puisi indah yang menyiratkan rasa kekaguman, cinta yang tulus, dan kebahagiaan ketika akhirnya harapan telah terwujudkan dan sampai pada batas perjalanan panjangnya.

Tujuh hari telah terlewati pasca wafatnya Ibu Ani Yudhoyono. Namun cinta si penggubah Flamboyan dipastikan tidak akan pernah pupus. Akan senantiasa tumbuh subur dan bersemi indah. Dan bunga-bunganya yang berguguran menambah semarak wangi kenangan bagi si pemilik hati yang tak henti mencintai.  

Selamat jalan Ibu Ani Yudhoyono. Semoga mendapat tempat terindah di sisiNya. 

Terima kasih kepada Pak SBY yang telah menunjukkan bahwa cinta sejati itu sesungguhnya benar-benar ada.

***

Malang, 09 Juni 2019

Lilik Fatimah Azzara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun