Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sambal Teri Ibu Tiri

1 Mei 2019   14:36 Diperbarui: 1 Mei 2019   14:52 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pontianak.tribunnews.com

Bagi Asnah, yang kala itu masih berusia sekitar sepuluh tahun, tak ada yang lebih menakutkan selain kehadiran seorang ibu tiri. Itulah sebab ketika ayahnya--Suleman, minta izin kepadanya untuk menikah lagi selepas ibunya meninggal selang satu tahun, Asnah menolaknya mentah-mentah.

"Asnah memilih pergi dari rumah kalau Ayah memaksa menikah lagi!"

Karena tidak ingin ribut dengan anak sendiri, Suleman akhirnya memilih mengalah. Alhasil hingga mendekati usia empat puluh tahun, lelaki itu menguatkan diri untuk betah menduda.

Sampai beberapa hari lalu ia dikejutkan oleh permintaan Asnah, yang kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja, agar ia segera mencari pendamping hidup menggantikan mendiang ibunya. 

"Apa yang membuatmu mendorong Ayah menikah lagi?" Suleman berkerut kening. Menatap wajah putrinya dengan mimik heran.

Asnah tidak menjawab. Gadis itu hanya tersenyum simpul.

***

Lama Suleman duduk terpekur. Hatinya tengah dirundung bingung. Masalahnya, sejak menggagalkan rencana menikahi Astuti beberapa tahun silam, ia seolah diburu oleh rasa bersalah. Dan itu pula membuatnya nyaris tidak berani berhubungan lagi dengan wanita mana pun.  

"Man, Astuti sampai sekarang masih sendiri, loh!" suara lantang Rusdi mengagetkannya. Suleman buru-buru menggeser duduknya. Lalu mengisap sigaret yang tinggal separuh di tangannya, kuat-kuat.

"Kau tidak ingin berbaikan dengannya?" Rusdi mengedipkan sebelah matanya.

Suleman menggeleng.

"Itu tidak mungkin, Rus. Astuti tentu masih menyimpan sakit hati padaku," Suleman menghirup dan mengembus napas panjang.

"Ya, siapa tahu," Rusdi masih mengerjap-ngerjapkan matanya. "Kalau memang berjodoh tidak akan lari kemana."

Sejenak Suleman terdiam. Dalam hati ia membenarkan ucapan teman sejawatnya itu.

***

Sore itu langit terlihat mendung. Tapi tidak demikian dengan hati Suleman. Lelaki yang hampir sepuluh tahun menduda itu akhirnya bisa mengumbar senyum manisnya kembali. 

"Jadi kau sudah yakin dengan keputusanmu, Man? Menikahi perempuan itu?" Rusdi menegaskan. Suleman mengangguk.

"Kukira--kau akan berbaikan dengan Astuti," Rusdi menatap Suleman dengan wajah kecewa.

"Asnah yang menjatuhkan pilihannya, Rus. Dan aku percaya insting anakku itu pasti benar. Mbok Jum adalah perempuan yang baik, yang mampu menggantikan posisi mendiang istriku."

Rusdi terdiam. Tapi rasa penasaran membuatnya membuka suara lagi.

"Apa sebenarnya yang membuat Asnah memilih Mbok Jum?"

"Karena kedekatan mereka, Rus. Sejak kecil, sepeninggal istriku, Mbok Jum-lah yang merawat dan menemani Asnah. Mbok Jum paham betul apa kebiasaan dan apa makanan kesukaan Asnah. Sampai suatu hari Mbok Jum pamit berhenti bekerja dari rumah kami. Ia harus pulang kampung karena Ayahnya sakit keras. Dan sejak kepulangan Mbok jum itu, Asnah jadi suka melamun dan selera makannya menurun drastis."

Rusdi masih mendengarkan.

"Dan kupikir, sambal teri buatan Mbok Jum itulah yang menjadi alasan kuat mengapa Asnah menginginkan ia menggantikan posisi Ibunya."

"Hah?! Sambal teri?" Rusdi membelakkan kedua matanya. Air liurnya nyaris menetes. Suleman tertawa renyah.

"Ayolah, Rus! Cicipi sambal teri nikmat buatan calon istriku itu. Kau pasti suka!" Suleman menarik tangan sahabatnya menuju ruang makan. Dan mata Rusdi--lelaki bujang lapuk itu sontak terbelalak lagi. Kali ini bukan karena sambal teri yang terhidang menggiurkan di atas meja, tapi karena kehadiran sosok perempuan cantik yang berdiri di samping Asnah. 

Rusdi gugup menarik kursi. Lalu meraih piring dan menyendok nasi serta sambal teri sebanyak-banyaknya. 

Sembari menikmati sambal teri yang nikmat luar biasa, Rusdi tak henti-hentinya mengucap rasa syukur. Huft, akhirnya, adik sepupu jauhnya itu--Jumilah Astuti alias Mbok Jum, mendapat tempat di hati Asnah.

Alhamdulillah. Terima kasih, ya Allah. Ini hanya masalah jodoh yang tertunda.

***

Bonus Resep Sambal Teri ala Mbok Jum

Bahan:

-500 gr cabe rawit

-1 buah tomat ukuran sedang

-5 siung bawang merah

-3 siung bawang putih

-500 gr ikan teri kering (goreng hingga matang)

-garam, kecap, dan gula secukupnya

Cara membuat:

Cabe rawit, tomat, bawang merah, bawang putih dihaluskan. Panaskan wajan dan 1 sendok minyak goreng. Masukkan bumbu sambal hingga harum. Beri sedikit garam, kecap, dan gula. Terakhir taburkan ikan teri di atasnya. Aduk hingga merata.

Siap disantap bersama nasi hangat.

***

Malang, 01 Mei 2019

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun