Pagi menyebarkan udara dingin yang gigil. Burung-burung enggan meninggalkan sarang mereka yang mungil. Gadis kecil masih berpeluk guling. Menatap langit-langit kamar yang memproyeksikan wajah Ayah Bundanya yang telah lama tiada.
Apakah ini rindu? Gadis kecil itu tergugu. Dan cicak yang merayap di dinding pun seketika diam membisu.
Hujan di curup senja menebarkan aroma wangi jejak kenangan masa silam. Seorang perempuan berdiri di dekat jendela menikmati tarian rinai yang tak kunjung usai. Samar ia melihat bayangan kekasih melintas di antara kabut pekat yang membadai.
Apakah ini rindu? Perempuan itu sejenak bertopang dagu. Dan butiran embun yang menempel pada kaca jendela sontak mengangguk setuju.
Malam trengginas mengepakkan jubah hitam yang dikenakan. Menyembunyikan banyak mimpi dan tabir misteri di antara gulitanya. Seorang pria duduk terpekur di atas balai-balai bambu tua. Hening dan sunyi menjadi teman setianya. Dan tetiba, ia menghidu aroma wangi tak terlupa. Wangi kenanga. Yang pernah menguar dari pori-pori halus tubuh perempuannya.
Apakah ini rindu? Pria itu tersipu. Dan bulan pasi di langit seketika tersedu pilu.
Rindu. Untuk apa sebenarnya ia ada dan tercipta? Untuk menguji seberapa besar kadar cinta para pecinta?Â
Jika iya. Tahukah kamu? Bahwa pagi ini aku tak bisa berhenti memikirkanmu.
Apakah menurutmu ini rindu?
***
Malang, 13 April 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H