Kamu adalah sepi. Dan aku ini sunyi. Kita berdua sedang berdiri di tepi jurang yang kedalamannya tidak terdeteksi. Dengan jemari tangan saling bertautan. Melempar pandang jauh lurus ke masa depan.
Tapi kemudian. Entah mengapa tetiba kita berbalik arah, saling menghempaskan. Kamu menghujam pipi senja dengan tajamnya belati kata-kata. Dan aku hanya bisa bertanya; kenapa, ada apa?
kata-kata
dipisah oleh spasi dan dinginnya titik koma
seperti kita
yang dibatasi oleh dinding udara
terpenggal di antara reruntuhan masa silam
atau berjalan di jalur pendakian masa depan
apa kabarmu cinta? apa angin masih sering mengetuki pintu dadamu
menghantar secarik halimun sepi yang semalam kaunikahi?Â
Hari ini kau akan kehilangan sekali lagi!
----
Tidak, Tuan. Kupastikan. Kali ini aku tidak ingin kehilangan!
Apakah suara hatiku ini bisa kau dengar?
***
Malang, 14 April 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H