Dan, benarlah kekhawatiranku. Kulihat Ron mengangkat ponselnya yang berdering lalu bicara dengan seseorang.
"Yup, Niki! Target sudah dalam genggaman. Sebentar lagi akan kuantar ke tempatmu," Ron melirik sejenak ke arahku melalui kaca spion.
Niki? Nikita sepupu Reno?
Tiba-tiba dadaku berdegup kencang. Sejenak aku menyadari. Ada sesuatu. Ya. Sesuatu. Semacam persengkongkolan antara Ron dan perempuan itu.
Kukira aku tidak boleh membuang-buang waktu. Aku harus segera bertindak! Aku mesti menghubungi Reno.
Aku merogoh isi tasku. Dan aku terpekik kecil. Ponsel di dalam tasku raib!
"Kau telah merampas ponselku, Ron?" tanyaku dengan suara bergetar menahan emosi. Ron tidak menyahut. Lelaki itu hanya mengumbar tawa. Tawa licik yang membuatku tiba-tiba merasa gugup dan takut.
"Hentikan mobil ini, Ron! Turunkan aku!" aku berusaha membuka pintu mobil. Mengguncang-guncangkannya. Tapi sia-sia. Pintu tetap bergeming tak bergerak.
Ron menambah laju kecepatan mobil. Jalanan sepi yang kami lalui kian menanjak dan menikung.
Sampai beberapa detik kemudian, braaaaak!!!
Moncong mobil menabrak pembatas tepi jalan. Mobil oleng kekiri. Berputar-putar berkali-kali. Kemudian terbalik.Â