Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menengadahlah Sejenak ke Wajah Langit

2 Maret 2019   11:41 Diperbarui: 2 Maret 2019   13:09 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika hatimu dirundung bimbang. Pada malam yang dijejali begitu banyak kegaduhan, menengadahlah sejenak ke wajah langit. Temukan rahasia kebesaran Tuhan. Betapa gugusan bintang-bintang berjajar rapi. Membentuk barisan formasi. Berjamaah melantunkan kidung sesembahan. Hanya ditujukan kepada sang Maha Raja Diraja. Pemilik dan pencipta seluruh alam semesta. 

Ini jelas tertulis di dalam kalamNya; QS Al-Mulk ayat 3.

Dia yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah sesuatu di antara ciptaanNya itu ada yang tidak seimbang?

Manakala jiwamu ditenung oleh geliat bingung. Tak tahu lagi harus kemana resah gelisah hendak berujung. Menengadahlah ke langit barang sejenak. Tengoklah betapa awan-awan putih khusuk berarak. Bertasbih silih berganti. Mengumandangkan dendang puja dan puji. Hanya dipersembahkan kepada Illahi Robbi. Yang maha mengetahui segala yang tersembunyi di sebalik relung-relung dan palung hati. 

Ini termaktub di dalam firman Tuhan; QS Al-Fathir ayat 38.

Sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Tahu segala isi hati.

Ketika kaurasakan pagi teramat sangat menjemukan. Bergegaslah menengadah ke wajah langit tinggi. Ucapkan salam kepada matahari. Biarkan cahayanya leluasa merasuki; sendi-sendi sekujur tubuhmu. Utamanya hati dan isi kepalamu. 

Biarkan hangatnya mencairkan segala kebekuan. Biarkan pendarnya mensucikan hitamnya jelaga keraguan. Biarkan alam memberi penegasan. Betapa Tuhanmu itu--sungguh, Ia adalah sebaik-baik zat yang maha menenangkan. 

Lalu, setelahnya. Nikmat apa lagi yang hendak engkau dustakan?

***

Malang, 02 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun