Aku baru saja menangkap sepi yang berkeliaran di sudut-sudut ruang hati. Aku benci! Sebab sepi telah menjadikanku ibu suri yang kejam tak berperi.
Aku baru saja menguliti sepi. Dengan belati yang tercipta dari pecahan bongkah airmata. Kutikam sepi berkali-kali! Tapi bukan sepi yang terajam. Melainkan hatiku sendiri yang luluh lantak tertikam.
Aku baru saja memenjarakan sepi. Di dalam kotak pandora yang rapat terkunci. Aku tak peduli! Meski pada akhirnya bukan sepi yang terbujur kaku. Melainkan jiwaku. Yang terbelenggu ragu dan tak tahu mesti kemana harus melanjutkan langkah demi mencari jejak-jejak kesejatian cinta.
Aku baru saja melarung sepi. Ke tengah samudera luas tak bertepi. Kuharap kali ini. Sepi tak lagi keberatan membiarkanku terkapar sendirian.
***
Malang, 01 Maret 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H