Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sajak-sajak Mati di Altar Pagi

11 Februari 2019   11:13 Diperbarui: 11 Februari 2019   13:57 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di altar pagi. Sajak-sajak kami berebut mati. Terbunuh tanpa sempat menitip pesan. Atau sekadar meninggalkan jejak perpisahan.

Sajak-sajak kami tewas terkapar. Oleh hunus pedang para pereka makar.

Sajak-sajak kami adalah ungkapan perasaan cinta. Mengapa pula harus dibantai dan disalahartikan? Bukankah sejak dulu syair cinta mengabarkan berita bahagia. Bukan chaos atau delik syak wasangka.

Bagaimana kalau sajak-sajak pengganti yang kaugubah kusebut saja dengan sajak tak beradab? Yang ditulis oleh pecundang elit kelas kakap. Sungguh kau, biadab! 

Sajak-sajakmu ternyata hanya bermuatan napas kedengkian. Tak layak disajikan di atas meja perjamuan. Apalagi dinikmati oleh kami---anak-anak negeri yang cinta perdamaian.

Kami rela sajak-sajak kami jatuh bergelimpangan. Asal lidah kami tidak menjual bisa dan kebohongan. Seperti yang selama ini sudah kaulakukan!

***

Malang, 11 Februari 2019

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun