Pagi ini matahari menawarkan begitu banyak sesuguhan. Terhidang rapi di atas meja perjamuan. Pilih saja menu mana yang engkau suka. Karena di setiap pilihan yang kaujatuhkan, ada hakmu yang dimerdekakan.Â
Engkau ingin mencicipi sepinggan cemilan enggan. Berarti; engkau tak hendak beranjak seinci pun dari peraduan. Kukuh memelihara kemalasan. Tak jadi persoalan! Itu sah-sah saja. Hanya setelahnya engkau akan menuai kecewa. Sebab di pagi indahmu ini engkau tidak akan mendapatkan apa-apa. Kecuali pikiran gagu yang bebal terpenjara.
Engkau menghendaki sepiring kudapan mimpi. Yang memaksamu terlelap hingga matahari beranjak tinggi. Tidak usah diperdebat lagi! Meski sesudahnya engkau akan dikejar sesal bertubi-tubi. Sebab yang engkau dapati tak lebih dari pikiran masai yang sulit nian untuk diurai.
Lantas engkau memilih membuka bungkus pepesan kosong. Yang membuatmu berat melangkah meninggalkan harapan kopong. Hanya duduk merenungi nasib di dalam kamar. Dengan tampang ragu bercampur bimbang. Yang seperti ini, jangan diteruskan!Â
Masih banyak menu lain tersaji di atas nampan pagi. Pandai-pandailah engkau memilah dan memilih. Jangan sampai jatuh pada pilihan yang keliru. Ambil yang terbaik dan bermanfaat bagi hidupmu.Â
Sebab; rezeki itu tidak datang begitu saja kepadamu. Sebab; rezeki itu pantang hanya dinanti dan ditunggu. Sebab; waktu berharga yang pernah singgah. Tak akan pernah kembali untuk kali kedua.Â
Â
***
Malang, 22 Januari 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H