Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lemari

11 Januari 2019   17:43 Diperbarui: 11 Januari 2019   18:28 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:www.scaramangashop.co.uk

Memasuki usia pernikahan ke tiga belas---ini angka yang paling tidak aku suka, sebuah cobaan datang mengguncang rumah tangga kami. Mas Sis terjebak cinta dengan teman satu kantor.

Marahkah aku?

Awalnya iya. Tapi kemudian aku berusaha mendinginkan kepalaku. Dengan cara yang agak  nyleneh alias tidak biasa. 

Setiap pagi aku bicara pada lemari pakaian itu. Sembari merapikan isinya aku menyelipkan selembar kertas bertuliskan doa dan harapanku. Salah satu doa berbunyi begini, Tuhan...semoga Engkau menjadikan aku istri yang sabar. Dan semoga lemari ini menjadi pengingat dan pengikat cinta kami.

Suatu pagi, ketika hendak berganti pakaian, Mas Sis tampak terkejut sekali. Ia menemukan begitu banyak lembar kertas di bawah lipatan pakaiannya. Pagi itu aku memang sengaja tidak menyiapkan stelan seragam yang akan dikenakannya. Aku membiarkan ia mengambil sendiri keperluannya. Dan saat itulah Mas Sis tahu, aku menyimpan kegundahan dan perasaanku di dalam lemari itu. Tanpa sekalipun pernah mengumbarnya ke mana-mana.

Sepertinya suamiku mulai menyadari kekeliruannya.  

Masih memegang lipatan seragam di tangannya, Mas Sis menghampiriku. Meraih pundakku dan menyampaikan kata maaf bertubi-tubi.

"Aku sudah memaafkanmu sejak kemarin-kemarin, Mas. Lemari kenangan itu yang mengajari dan menguatkanku. Filosofi lemari yang pernah disampaikan oleh Pak Tua penjualnya kucamkan baik-baik di hati. Simpan hal-hal indah di dalam lemari ini. Jika ada yang berantakan, benahi dan rapikan. Jangan saling menyalahkan," aku berkata lirih penuh haru. Mas Sis kian erat memelukku.

Hingga beberapa tahun kemudian, usai menikahkan Ainun, Mas Sis terserang penyakit jantung dan nyawanya tidak tertolong. Lemari pakaian itu masih tetap berdiri kokoh di pojok kamar menemaniku.

Aku pun setiap pagi masih tetap melakukan hal yang sama. Menulis doa serta pengharapan pada selembar kertas untuk kuletakkan di dalam laci lemari di mana Mas Sis biasa menyimpan barang-barang berharga yang dimiliknya.

Sore ini ada yang istimewa. Ainun datang ditemani oleh suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun