2. Hindari Jatuh Cinta pada Tulisan Sendiri
Seringnya kita, para penulis secara sadar atau tidak telah jatuh cinta terhadap tulisan sendiri. Terlalu memuja dan bangga. Merasa tulisan kita sudah bagus dan ciamik.
Jatuh cinta ini memicu rasa egoisme muncul. Cenderung eman dan enggan mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaklogisan dalam karya yang sudah kita buat. Karena kita sudah terlanjur jatuh cinta pada tulisan kita itu. Maka sulit menerima masukan dan kritikan dari orang lain.
Tentu saja hal demikian harus dihindari, karena pada akhirnya sangat merugikan si penulis itu sendiri.
3. Perdalam PUEBI dan KBBI
Ini termasuk langkah wajib bagi seorang penulis. Pembaca akan senang menikmati tulisan yang rapi, mengalir dan minim typo. Sungguh sangat menjengkelkan---melebihi rasa kesal kepada  Jeng Kellin saat kita dihadapkan pada karya yang membingungkan. Apalagi ditambah penggunaan bahasa yang belepotan, kalimat yang mbulet, paragraf yang amburadul, dan tata bahasa yang semrawut.Â
Untuk itu jangan segan membuka-buka PEUBI(Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia) dan KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Tugas seorang penulis bukan sekadar ingin menyampaikan 'apa'. Tapi juga 'bagaimana' cara ia mengemas sebuah karya sehingga tampil menarik dan menawan untuk disuguhkan di hadapan pembaca.
4. Perkaya Diri dengan Kosa Kata
Salah satu sisi lain yang tidak kalah penting adalah pengayaan terhadap perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata membuat kalimat yang dihadirkan mengalir luwes dan tidak monoton. Penuh variasi. Menghindarkan kebosanan membaca akibat terlalu sering menemukan pengulangan kata yang sama.
Himpunan kosa kata bisa ditemukan di pelbagai tempat. Bisa dari buku-buku panduan, atau tanpa sengaja terselip di dalam sebuah buku atau karya tulis orang lain yang sedang kita baca.Â