Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Saling Menginspirasi di Dunia Maya, Mungkinkah?

26 November 2018   06:06 Diperbarui: 26 November 2018   14:30 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berteman di dunia maya? Apa serunya? Eit, jangan salah. Menjalin pertemanan dengan mahluk maya, bisa kok menciptakan keseruan-keseruan yang sama seperti kita menjalin pertemanan di dunia nyata. 

Sekalipun tidak pernah bersitatap muka secara langsung, namun dengan adanya interaksi secara intensif serta menjaga sikap yang tetap beradab, insya Allah akan tercipta suasana pertemanan dumay yang kondusif dan menyenangkan.

Saya sendiri tertarik menjalin pertemanan di dunia maya ini karena ingin mengambil sisi positifnya--sisi kebaikan yang diharap bisa membawa manfaat tidak saja untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain.

Menengok sekilas ke belakang. Beberapa tahun lalu saya hanyalah seorang Ibu yang gaptek teknologi. Saya mengenal dunia maya--awalnya facebook, itupun dari anak-anak. Saya yang meminta untuk dibuatkan akun. Dan tujuannya waktu itu, untuk mendampingi siswa-siswi bimbel saya yang lebih dulu bermedsos ria di sana.

Kehadiran saya di dunia ciptaan Mark Zuckerberg ini sedikit banyak meredam langkah anak-anak, menjadikan mereka agak sedikit sungkan karena saya ikut hadir setiap kali mereka mengunggah postingan yang menjurus ke arah hal-hal yang kurang baik.

Dari sanalah kemudian saya mulai mengisi kekosongan dinding laman dengan mengunggah kisah-kisah inspiratif pendek. Semacam cerpen atau dongeng para Nabi yang--lagi-lagi saya tujukan untuk anak-anak didik saya. Dan Alhamdulillah, mereka suka dan berkenan.   

Semakin ke depan saya mulai jauh berselancar. Melirik sesuatu yang baru yang menarik minat saya.

Akhirnya bertemulah mata saya dengan komunitas-komunitas penulis di seluruh penjuru dunia maya.

Gayung bersambut. Sudah lama saya ingin memperdalam dunia literasi. Dengan bergabung bersama komunitas penulis saya merasa mendapat banyak ilmu dan manfaat yang selama ini tidak pernah saya bayangkan.

Sayapun mulai rajin mengikuti event-event menulis. Dari hanya menjadi peserta pupuk bawang, yang berada di barisan paling belakang, yang dipandang sebelah mata--karena memang kualitas tulisan saya masih jauh dari kata layak, sampai akhirnya bisa sejajar dengan barisan mereka. Sungguh perjalanan yang sangat mengharukan.

Salah satu sertifikat awal mengikuti sebuah event. Foto dokpri
Salah satu sertifikat awal mengikuti sebuah event. Foto dokpri
Dan rasa haru itu kian membuncah manakala karya-karya saya katut--diikutsertakan dalam antologi buku yang diterbitkan bersama.

Foto dokpri
Foto dokpri
Sudah lumayan banyak buku hasil kolaborasi bersama teman-teman di rumah mungil bercat biru itu. Sekitar 25 buah. 

Dan selanjutnya. Entahlah. Mungkin sudah menjadi perjalanan takdir, langkah saya lantas tersesat di rumah besar Kompasiana ini.

Di sini saya tidak ingin berhenti menuai manfaat positif dalam menjalin pertemanan. Banyak penulis andal yang bisa menjadi panutan dan tempat jujugan belajar. 

Semisal dari jajaran penulis senior ada Pak Tjipta Effendy, Pak Afifudin Lubis, Mas Hendro Santoso, Dokter Posma Siahaan, Pak Katedrarajawen, Pak Bamset dan penulis senior lainnya yang akan berderet panjang jika ditulis semua. 

Beliau-beliau adalah sosok-sosok yang patut mendapat apresiasi atas semangat berbagi pengalaman hidup yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Bagaimana terhadap penulis yang sepantaran dan usianya jauh lebih muda dari saya? Saya tetap tidak segan untuk belajar dari mereka. Saling menghargai dan bersinergi. Itulah prinsip saya. 

Saling memberi semangat untuk terus berkarya adalah salah satu upaya menjaga pertemanan di dunia maya agar tetap menyenangkan dan solid.

Dan dari pertemanan kami di rumah besar Kompasiana ini, beberapa buku antologi cerpen maupun puisi telah lahir. Salah satunya adalah: Malam Bulan Mati, Balkon, Ciuman, yang ditulis beramai-ramai bersama kompasianer andal pada tahun 2015. Kala itu saya baru saja bergabung di Kompasiana, masih newbie. 

Dan ini merupakan kumcer paling berkesan bagi saya, sebab untuk pertama kalinya saya didapuk menjadi pemenang dalam event yang diadakan oleh Fiksiana Community ini.

dokpri
dokpri
Sekadar mengingat kebersamaan indah tersebut saya selipkan ini dan ini.

Pada akhirnya saya merasa bersyukur dan gembira jika hingga detik ini saya masih bertahan menulis di sini. Demikian juga ketika beberapa teman penulis antusias secara terang-terangan ataupun tidak, mengatakan,"Mbak, aku ingin mengembangkan cerpenmu," atau--"darimu ide puisi ini aku dapatkan," dan lain-lain, saya sungguh sangat berterima kasih.

Begitu juga diri saya. Saat membaca karya seorang teman lalu saya menemukan setitik inspirasi dari sudut pandang yang lain, maka saya tidak akan segan untuk segera menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.

Seperti artikel yang Anda baca ini. Saya tidak akan bisa menuliskannya jika tidak mendapat inspirasi dan sinergi dari teman-teman di dunia maya. Khususnya teman-teman di Kompasiana.

Terima kasih. 

Salam hangat pagi. Selamat berkarya dan mari terus saling menginspirasi.

***

Malang, 26 November 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun