Dan selanjutnya. Entahlah. Mungkin sudah menjadi perjalanan takdir, langkah saya lantas tersesat di rumah besar Kompasiana ini.
Di sini saya tidak ingin berhenti menuai manfaat positif dalam menjalin pertemanan. Banyak penulis andal yang bisa menjadi panutan dan tempat jujugan belajar.Â
Semisal dari jajaran penulis senior ada Pak Tjipta Effendy, Pak Afifudin Lubis, Mas Hendro Santoso, Dokter Posma Siahaan, Pak Katedrarajawen, Pak Bamset dan penulis senior lainnya yang akan berderet panjang jika ditulis semua.Â
Beliau-beliau adalah sosok-sosok yang patut mendapat apresiasi atas semangat berbagi pengalaman hidup yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Bagaimana terhadap penulis yang sepantaran dan usianya jauh lebih muda dari saya? Saya tetap tidak segan untuk belajar dari mereka. Saling menghargai dan bersinergi. Itulah prinsip saya.Â
Saling memberi semangat untuk terus berkarya adalah salah satu upaya menjaga pertemanan di dunia maya agar tetap menyenangkan dan solid.
Dan dari pertemanan kami di rumah besar Kompasiana ini, beberapa buku antologi cerpen maupun puisi telah lahir. Salah satunya adalah: Malam Bulan Mati, Balkon, Ciuman, yang ditulis beramai-ramai bersama kompasianer andal pada tahun 2015. Kala itu saya baru saja bergabung di Kompasiana, masih newbie.Â
Dan ini merupakan kumcer paling berkesan bagi saya, sebab untuk pertama kalinya saya didapuk menjadi pemenang dalam event yang diadakan oleh Fiksiana Community ini.
Pada akhirnya saya merasa bersyukur dan gembira jika hingga detik ini saya masih bertahan menulis di sini. Demikian juga ketika beberapa teman penulis antusias secara terang-terangan ataupun tidak, mengatakan,"Mbak, aku ingin mengembangkan cerpenmu," atau--"darimu ide puisi ini aku dapatkan," dan lain-lain, saya sungguh sangat berterima kasih.