Seorang anak baru saja menziarahi kepala Ibunya. Ia terpana. Di dalam kepala yang halamannya dipenuhi tanaman uban. Ia temukan banyak sekali bianglala. Yang di setiap ujung juntainya tertulis propaganda. Tentang bagaimana mencintai tanpa jeda. Mengasihi tanpa pamrih. Di sepanjang titian masa dan sisa batang usia.
Seorang anak baru saja menziarahi kepala Ayahnya. Ia terperangah. Di dalam kepala pria tua yang mengukir jiwa raganya. Ia temukan banyak sekali cahaya. Berpendaran. Pecahan dari matahari. Yang menderaskan cinta kasih tak terperi.
Seorang anak baru saja menjarah kepalanya sendiri. Ia tak menemukan apa-apa. Kecuali serakan sampah-sampah.
***
Malang, 14 November 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H