Sebelum luka itu tercipta. Dulu ia hanyalah segulung benang. Yang dirajut oleh para bidadari. Dijadikan sepasang sayap. Untuk dipersembahkan kepada salah seorang malaikat.
Tapi sayang malaikat tak berkenan. Tersebab ia sudah memiliki sepasang sayap indah. Pemberian seorang perempuan. Yang tinggal di lereng sebuah bukit. Yang pada matanya terpancar cinta melebihi luasnya hamparan langit.
Dari sanalah luka mulai menampakkan diri.
Sebelum luka itu ada. Ia hanyalah senarai cerita. Yang ditulis sedemikian rupa oleh seorang penyair. Diukir di atas selembar daun pandan. Untuk dipersembahkan kepada pemilik hati yang sedang kasmaran.
Tapi pemilik hati yang sedang kasmaran. Lebih menyukai alur kisah yang sederhana. Bukan kisah yang dirangkai berbelit-belit. Apalagi yang mesti dimaknai sebegitu sulit.
Dari situlah luka mulai berani unjuk gigi.
Sebelum luka itu terlahir. Ia hanyalah segumpal salju. Yang menggelinding menuju hatimu. Mengabarkan berita dingin. Dari perempuan yang hatinya terbawa angin.
Tapi hatimu bergeming.
Dan, dari sinilah luka mulai bebas mendeklarasikan ingin.
***
Malang, 13 November 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H