El tersenyum. Hidungnya terlalu tajam untuk tidak membaui adanya ketidakberesan. Sinyal-sinyal di sekujur tubuhnya sedemikian peka. Sangat terlatih. Bahkan mungkin sejak ia belum diciptakan.
Sekalipun sempat berkali-kali mengalami semacam dilatasi pada otak dan jaringan tubuh lainnya, El masih bisa membedakan. Mana rasa sakit, mana situasi bahaya dan mana saat kondisi tenang.
Setelah terlempar ke sana kemari, berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain--dari El--Larissa--kemudian kembali lagi ke El, bukan berarti ia harus kehilangan seratus persen akal sehatnya. Ia masih menyimpan satu kode rahasia untuk mempertahankan keutuhannya sebagai mahluk beradab.
Entah apa sebenarnya yang diperebutkan dua kubu yang saling berseberangan itu. Ketika sosok El menjadi begitu amat berharga.
Des tak mau kehilangan El. Dan Aquila bersikukuh ingin mentransformasi jati diri El ke tubuh Larissa. Seutuhnya.
Mata El meredup. Kehadirannya di The Good Hell malam itu adalah semacam robot yang dirancang sedemikian rupa untuk mengelabuhi entah siapa. Hanya Des yang tahu.
Sedang kehadirannya sebagai perempuan bergaun merah di gedung tua tempat Profesor Oz mengembangkan virus, di situlah ia-- El yang sebenar-benarnya. Yang kemudian harus kembali terlempar ke suatu tempat yang selama ini berusaha dihindarinya.Â
Perkumpulan Bulan Sabit Perak.
Usai mengalami kebingungan yang amat sangat, antara kejadian yang dialami di gedung tua dan fakta yang disodorkan oleh Aquila, El berusaha menenangkan diri. Berdiri dengan posisi tegak. Mengatur napas sebaik-baiknya.
Hhhh. Ia mendesis berulang kali. Dan mulai menyadari bahwa dirinya telah terjebak dalam labirin yang kasat mata. Labirin yang bisa saja membuatnya kolaps sewaktu-waktu.
Sementara itu Aquila yang duduk berkutat menghadapi tumpukan dokumen di atas meja, tiba-tiba terlihat amat panik. Telpon dari Nebula membuatnya harus wira-wiri memeriksa sesuatu.