Sudah berapa banyak malam terjumputi. Disisir dan disusur dari satu tepi ke tepi yang lain. Dari satu mimpi hingga terjaga ke kenyataan.
Di sepanjang trotoar sempit dan berdebu, para pedagang kaki lima menyelimuti dagangannya. Lupa bahwa tubuh sendiri menggigil kedinginan.
Di lapak-lapak penjual kembang, para lelaki meronce melati. Menjajakan wangi. Tak sadar bahwa diri sendiri seharian belum mandi.
Di kios-kios penyeduh kopi. Para wanita lelap dalam pelukan malam. Di atas anyaman tikar tanpa bantal. Nyamuk dan angin bersekutu. Bukan lagi menjadi musuh.
Malam harus dihadang!
Malam dan gulitanya. Bagai belantara dengan beragam tantangannya. Ada yang ingin menang dengan cara berjuang. Ada pula yang memilih menang dengan cara-cara curang.
Para penjelajah malam. Sejak dulu kala hingga kini. Tak pernah takut kehilangan mimpi. Juga harapan meraih rezeki.
***
Malang, 25 Oktober 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI