Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bersamamu, Aku yang Dungu Berubah Menjadi Lucu

8 Oktober 2018   20:11 Diperbarui: 8 Oktober 2018   20:29 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak malu mengakui. Bahwa bersamamu aku yang semula dungu berubah menjadi lucu. 

Kau pasti tidak percaya. Kedunguanku sudah teramat parah.

Aku pernah berpikir. Matahari amatlah jahat. Sebab panasnya demikian menyengat. Terutama bagi hati yang memendam kesumat. Oleh cinta yang berkhianat. Seolah- olah, matahari adalah sekumpulan kaum pelaknat. 

Tapi setelah bertemu denganmu. Aku tak lagi membenci matahari. Sekarang kami menjadi begitu dekat. Sesekali ia--matahari, membuatkanku secangkir coklat. Yang di atasnya ditaburi serpih-serpih sayap malaikat

Kau pasti tidak menduga. Bahwa dulu aku pembenci senja. Berkali aku menyumpahinya. Memakinya dengan kata-kata, bedebah, enyahlah! Atau ujaran penuh kebencian. Wahai, senja! Tak pantas kau berdiri di sana. Di panggung langit yang amat megah hanya untuk mengumbar sensasi cinta.

Tapi setelah berjumpa denganmu. Tetiba saja hatiku meluruh. Aku kini pemuja senja. Sebab ternyata. Di setiap kehadirannya. Senja tak pernah sendiri. Ia selalu datang beramai-ramai. Bersama senyummu. Juga tawa riangmu. Yang sungguh. Mampu menghidupkan kembali. Rinduku yang selama ini nyaris mati.

Kau pasti tidak mengira. Kedunguanku tak bisa ditoleransi. Aku pernah berkali-kali mengasah belati. Hanya demi membunuh kenangan dan anak-anak sunyi.

Tapi kemudian. Setelah bersamamu aku menjelma menjadi perempuan. Yang menertawakan tidak saja kenangan dan sunyi. Melainkan juga diri sendiri. Yang kerap mengaku bahagia. Namun di bawah kolong meja, kusembunyikan berkantung-kantung airmata.

Sekarang aku bertanya. Kelucuanku di mana?

***

Malang, 08 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun